MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MANUSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah: Media Pembelajaran
Bahasa Arab
Dosen Pengampu: Dr. H. Maksudin, M.Ag
Disusun oleh:
Teguh Hadi Wibowo : 1520410013
Siti Mahdzuroh : 1520410001
KOSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
PRODI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERIYOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan ridlo-Nya pula
penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan harapan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca, selain itu penulisan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan melengkapi bahan-bahan studi
ilmiah Media Pembelajaran Bahasa Arab tentang Media
Pembelajaran Berbasis manusia
Penulis menyadari bahwa materi yang disampaikan dalam makalah ini masih belum
sempurna dan mempunyai banyak kekurangan. Tak ada yang sempurna di dunia ini
dan kesempurnaan hanyalah milik Allah, begitu juga dengan kekurangan yang ada
dalam makalah ini,makalah ini belum bisa sempurna tanpa adanya kritik dari para
pembaca dan saran yang membangun serta bisa membantu untuk menyempurnakanya.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini baik berupa moril maupun materil, diantaranya:
1.
Terima
kasih kepada dosen mata kuliah Media Pembelajaran Bahasa Arab yang telah membimbing kami sehingga bisa terselesaikan makalah ini
dengan baik
2.
Terima
kasih penulis tujukan kepada orang tua yang turut membantu secara tidak
langsung melalui doa dan motivasinya
3.
Terima
kasih kepada teman-teman yang telah meminjamkan buku untuk dijadikan referensi
dalam menyelesaikan makalah
Yogyakarta, 16 Maret 2016
|
Penulis
|
Selama proses
penulisan makalah ini penulis banyak menerima masukan, motivasi, dan bantuan
pikiran dari berbagai pihak, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................................
ii
BAB I, PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II, PEMBAHASAN
A.
Pengertian Media Berbasis Manusia .................................................... 3
B.
pengertian Metode Socrates ................................................................. 4
C.
Ciri-Ciri Metode Socrates ..................................................................... 6
D.
Langkah-Langkah Metode Socrates ..................................................... 6
E.
Kelebihan Metode Socrates................................................................... 8
F.
Kekurangan Metode Socrates
............................................................... 8
G.
Langkah-Langkah
Mengembangkan Pembelajaran Interaktif ............. 8
H.
Bentuk-Bentuk Pembelajaran
Interaktif ............................................... 9
BAB III, PENUTUP
3.1 Simpulan .............................................................................................. 12
3.2 Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan
berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa
sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan
pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process).[1]
Akan tetapi, banyak didapati dalam dunia pendidikan dewasa ini,
khususnyadalam proses kegiatanpembelajaran, guru maupun siswa mengalami kesulitan
dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik dari pihak guru yang kesulitan dalam
memahamkan pelajaran ataupun siswa yang sulit untuk menerima pelajaran. Hal ini
terjadi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah ketidaktepatan dalam penggunaan
media pembelajaran.
Seharusnya dalam kegiatan
pembelajaran terdapat proses pembelajaran
yang mengandung lima
komponen komunikasi; guru, bahan pembelajaran, mediapembelajaran,
siswa, dan tujuan pembelajaran. Dalam proses
komunikasi tersebut, guru bertindak
sebagai komunikator (communicator) yang bertugas
menyampaikan
pesan pendidikan (message) kepada penerima
pesan (communican) yaitu siswa. Agar pesan-pesan
pendidikan yang disampaikan guru dapat
diterima dengan baik oleh siswa, maka dalam proses komunikasi pendidikan tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut
media pendidikan/pembelajaran.[2]
Media pembelajaran tersebut meliputi; media
berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main pera, kegiatan kelompok, dan
lain-lain), media berbasis cetakan (buku, penuntun, buku kerja/latihan, dan
lembaran lepas), media berbasis visual (buku, charts, grafik, peta,
figur/gambar, transparansi, film bingkai, atau slide), media berbasis
audio-visual (video, film, slide bersama tape, televisi), dan media berbasis
komputer (pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif).[3]
Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang bagaimana penggunaan media pembelajaran berbasis manusia. Yaitu proses kegiatan pembelajaran yang memposisikan manusia, guru dan siswa,tidak hanya dipandang sebagai makhluk ideal dan stuktural, tetapi diletakkan pada posisi potensial dalam masa perkembangan kegiatan pembelajaran tersebut. Sekali lagi, manusia bukanlah robot ataupun makhluk instrumental.[4]
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah tersebut adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran berbasis manusia?
2. Bagaimana model pembelajaran dengan metode Socrates?
3. Bagaimana mengembangkan pelajaran interaktif?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan media pembelajaran berbasis manusia
2. Mengetahui model pembelajaran dengan metode Socrates
3. Mengetahui cara mengembangkan
pelajaran interaktif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Media Berbasis Manusia
Kata “media” berasal dari bahasa latin, merupakanbentukjamakdari kata “medium” yang secara harfiah
berarti ‘tengah’ ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab media adalah
perantara (وساءل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.[5] Gerlach
dan Ely, sebagaimana yang dikutip olehArsyad,[6]
mengatakan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan,atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal.
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien(siswa) sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara
kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan kemampuan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi
tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah
pada umumnya.
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk
mengirimkan dan mengomunikasikan pesan atau informasi. Salah satu contoh yang
terkenal adalah gaya tutorial Socrates. Media ini bermanfaat, khususnya, bila tujuan kita
adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan
pembelajaran siswa.[7]
Misalnya, media manusia dapat mengarahkan dan mempengaruhi proses belajar
melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke
waktu apa yang terjadi pada lingkungan belajar. Guru atau instruktur
dapat merangkai pesannya untuk satu kelompok khusus, dan setelah itu dirangkai
menurut kebutuhan belajar kelompok siswa atau irama emosinya. Sebagian kelompok
dapat dimotivasi dan tertarik belajar sedangkan sebagian lainnya mungkin
menolak dan melawan terhadap pelajaran.
Seringkali dalam suasana pembelajaran, siswa pernah mengalami pengalaman
belajar yang jelek dan memandang belajar sebagai sesuatu yang negatif.
Instruktur manusia sebagai media secara intuitif dapat merasakan kebutuhan
siswanya dan memberikan pengalaman belajar yang akan membantu mencapai tujuan
pembelajaran.
B. Pengertian Metode Socrates
Metode Socrates (Socrates Method),
yaitu suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan percakapan,
perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling
berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan
pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu
diharapkan siswa mampu atau dapat menemukan jawabannya, saling membantu
dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Secara
historis socrates banyak bergulat soal isu-isu yang terkait dengan kehidupan
manusia yang mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan, moral, dan
keadilan.
Menurut Al-Qhomairi (2014: 13), Metode
Socrates adalah metode yang di dalamnya terjadi dialog antara guru dengan siswa
yang memuat pertanyaan-pertanyaan kritis dengan tujuan membangun pola berpikir
kritis siswa, menuntun pada suatu penemuan baru, membuat siswa ingin tahu lebih
jauh dan memahami lebih dalam, serta menguji validitas keyakinan siswa dan
membuat kesimpulan yang benar akan suatu objek. Dari serangkaian
pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu atau dapat menemukan
jawabannya, dan saling membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang sulit.[8]
Metode pembelajaran Socrates bukanlah
dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan,
menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh
lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka
sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan
mendetail.
Peserta dalam metode ini, antara yang satu
dengan yang lainnya memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam menyikapi
sebuah pertanyaan atau topik sehingga menyebabkan adanya kontradiksi dalam
diskusi. Peserta yang melakukan metode ini berusaha untuk mempertahankan
argumennya masing-masing. Namun, dari beberapa argumen tersebut berdasarkan
hasil diskusi nantinya akan ditemukan sebuah jawaban yang benar berdasarkan
logika dan fakta.
Metode ini menelanjangi ketidaktahuan
manusia, yang menganggap benar banyak hal tapi sesungguhnya belumtentubenar (salah).Yang
terpenting dari metode ini bukanlah jawaban yang dihasilkan nanti, melainkan
bagaimana proses dalam mendiskusikan pertanyaan atau topik yang diajukan.
Dasar filsafat metode Socrates ini, adalah pandangan dari Socrates, bahwa
pada tiap individu anak didik telah ada potensi untuk mengetahui kebenaran dan
kebaikan serta kesalahan dan dengan demikian seseorang yang sekalipun kelihatannya bodoh
mungkin pula berpendapat atau berbuat sebaliknya.
Proses belajar-mengajar metode ini sangat
baik digunakan dimana secara teknis dalam bangku perkuliahan misalnya seorang
dosen melontarkan sebuah pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan) tanpa
diketahui mahasiswa sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani,
percaya diri, berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik
tersebut. Elemen kejutan memberikan insentif yang kuat bagi mahasiswa untuk
memenuhi tanggung jawab dan juga mendorong untuk mempersiapkan kelas, yang akan
memungkinkan mereka untuk belajar lebih banyak terlebih dahulu.
Tujuan dari metode socrates ini adalah
merangsang siswa untuk menganalisis suatu masalah dengan sebuah analogi dan
berpikir kritis tentang suatu argumen. Metode ini juga membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan penalaran serta menanamkan pada siswa kebiasaan
ketat dan analisis kritis argumen-argumen yang mereka dengar secara tegas dan
persuasif, serta praktek menilai dan merevisi ide-ide mereka sendiri dan
pendekatan dalam terang informasi baru atau penalaran yang berbeda.
C.
Ciri-Ciri Metode Socrates
1. Dialektik, artinya bahwa metode tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang pro dan kontra, atau yang memiliki perbedaan pendapat.
2. Konversasi, artinya bahwa metode dilakukan dalam bentuk percakapan atau
komunikasi lisan.
3. Tentatif dan provisional, artinya kebenaran yang dicari bersifat sementara
tidak mutlak, dan merupakan alternatif-alternatif yang terbuka untuk semua
kemungkinan.
4. Empiris dan induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara
penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal empiris.
5. Konsepsional, artinya metode ditujukan untuk tercapainya pengetahuan,
pengertian dan konsep yang telah definitif daripada sebelumnya.[9]
D. Langkah-Langkah Metode Socrates
1. Menyiapkan deretan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa,
dengan memberi tanda atau kode-kode tertentu yang diperlukan
2. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa diharapkan
dapat menemukan jawabannya yang benar
3. Ajarkan mengapa pengetahuan itu terpenting dan bagaimana pengetahuan itu
dapat di terapkan untuk pemecahan masalah
4. Tuntun eksplorasi siswa. Sebagai seorang guru untuk pelajaran pemecahan
masalah, perannya adalah:
a. Membiarkan eksplorasi siswa tak terintangi, partisipasi aktif, dan
bertanya.
b. Membantu siswa dalam menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
terdahulu.
c. Membantu siswa menbentuk dan menginternalisasi representasimasalah atau
tugas.
d. Membantu siswa mengidentifikasi persamaan antara masalah baru dan
pengalaman yang lalu yang berisikan masalah yang serupa.
e. Berikan umpan balik mengenai benar atau salahnya jalan pikiran dan jalur
pemecahan masalah. Penekanan teknik bertanya ala Socrates adalah
penjelasan konsep-konsep dan gagasan-gagasanmelalui penggunaan
pertayaan-pertayaan pancingan. Sebagai suatu teknik pembelajaran, ia harus di
pikirkan dan di tatar dengan baiak.
f. Instruktur yang menggunakan teknik ini harus belajar bagaimana mendengar
dengan hati-hati apa yang ditanyakan dan dibahas.
5. Jika pertanyaan yang diajukan itu terjawab oleh siswa, maka guru dapat
melanjutkan/mengalihkan pertanyaan berikutnya hingga semua soal dapat selesai
terjawab oleh siswa.
6. Jika pada setiap soal pertanyaan yang diajukan ternyata belum
memenuhi tujuan, maka guru hendaknya mengulangi kembali pertanyaan tersebut.
Dengan cara memberikan sedikit ilustrasi, apersepsi dan sekedar meningkatkan
dan memudahkan berpikir siswa, dalam menemukan jawaban yang tepat dan cermat.[10]
E. Kelebihan Metode Socretes
1. Membimbing siswa berpikir rasional dan ilmiah
2. Mendorong siswa untuk aktif belajar dan menguasai ilustrasi pengetahuan
3. Menumbuhkan motivasi dan keberanian dalam mengemukakan pendapat dan pikiran
sendiri
4. Memupuk rasa percaya pada diri sendiri
5. Meningkatkan partisipasi siswa dan berlomba-lomba dalam belajar yang
menimbulkan persaingan yang dinamis
6. Menumbuhkan disiplin
F. Kekurangan Metode Socretes
1. Metode Socrates dalam pelaksanaannya masih sulit dilaksanakan, pada sekolah
tingkat rendah. Sebab siswa belum mampu berpikir secara mandiri
2. Metode Socrates terlalu bersifat mekanis, dimana anak didik dapat dipandang
sebagai mesin, yang selalu siap untuk digerakkan
3. Lebih menekankan dari segi efektif (aspek berfikir) daripada kognitif
(penghayatan/perasaan). Padahal pengajaran agama sangat menonjolkan segi
perasaan dan penghayatan ini
4. Kadang-kadang tidak semua guru selalu siap memakai metode Socrates, karena
metode Socrates menuntut dari semua pihak baik guru maupun siswa sama-sama
aktif untuk belajar dan menguasai bahan atau ilmu pengetahuan.
G. Langkah-Langkah untuk Mengembangkan Pembelajaran Interaktif
Salah satu faktor penting dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia
ialah rancangan pelajaran yang interaktif. Dengan adanya manusia sebagai
pemeran utama dalam proses belajar maka kesempatan interaksi semakin terbuka
lebar. Pelajaran interaktif yang terstruktur dengan baik bukan hanya lebih
menarik tetapi juga memberikan kesempatan untuk percobaan mental dan pemecahan
masalah yang kreatif. Di samping itu, pelajaran interaktif mendorong
partisipasi siswa dan jika digunakan dengan baik dapat mempertinggi hasil
belajar dan pengalihan pengetahuan. Sebagai penuntun untuk mengembangkan
pelajaran interaktif dikemukakan langkah-langkah berikut:
1. Mengidentifiksi pokok bahasan pelajaran
2. Mengembangkan sajian pembelajaran yang mencakup semua informasi yang diharapkan
siswa harus dikuasai
3. Membaca atau mengamati keseluruhan penyajian dan menentukan dimana
dialog-dialog interaktif dapat digabung dan disisipkan
4. Menetapkan jenis informasi yang diinginkan dari siswa, kembangkan
pertanyaan atau strategi lain yang memerlukan keikutsertaan siswa menganalis,
mensitesis, mengevaluasi, atau membuat keputusan
5. Menentukan pesan-pesan apa yang ingin disampaikan dengan kegiatan
interaktif
6. Menetapkan butir-butir diskusi penting; butir-butir penting ini dapat
disajikan setelah melibatkan siswa dalam diskusi atau kegiatan strategis
lainnya.
Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai penarik perhatian adalah:
1. memulai pembelajaran dengan memusatkan pada aplikasi isi berbagai isu yang
relevan dengan siswa, bagaimana siswa akan menggunakan atau menerapkan
informasi baru ini
2. menginformasikan kepada siswa apa yang diharapkan mereka dapat dikerjakan
3. memulai dengan mengajukan pertanyaan atau mengajukan masalah yang
memusatkan perhatian terhadap informasi yang musti dipelajari oleh siswa.
H. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif dapat direalisasikan dalam beberapa bentuk. Berikut
ini dikemukakan beberapa jenis pembelajaran interaktif:
1. Pembelajaran partisipatori, yaitu jenis pembelajaran yang yang dimulai
dengan sesi curah pendapat dari seluruh siswa. Guru kemudian mengelompokkan,
mengevalusasi, dan membahas hasil curah pendapat itu bersama dengan siswa.
2. Pembelajaran main peran, dimulai dengan main peran yang diberi tahapan
dengan pelaku yang terdiri atas siswa dengan suka rela. Setelah bermain peran,
butir-butir informasi penting dibahas dan akhirnya disimpulkan.
3. Pembelajaran kuistim, dimulai dengan mengumumkan bahwa akan
nada kuis pada akhir pelajaran.Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang
bersaing mengumpulkan angka berdasarkan jumlah jawaban yang benar. Teknik bukan
saja meriah tetapi juga membantu menarik perhatian siswa. Siswa akan lebih
berkonsentrasi ketika mereka mengetahui bahwa mereka akan ditanya, dan mereka
berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk timnya.
4. Pembelajaran kooperatif, menciptakan tim-tim atau kelompok-kelompok yang
bertanggung jawab untuk saling mengajar pengetahuan atau pengetahuan khusus.
Secara konseptual, siswa akan belajar lebih baik dan lebih banyak jika mereka
harus atau bertanggungjawab untuk mengajarkan pesan atau informasi kepada yang
lainnya.
5. Debat terstruktur amat bermanfaat apabila ada butir-butir informasi
penting atau pandangan yang berlawanan. Pertama-tama isu diuraikan kepada
siswa. Siswa kemudian ditunjuk (atau memilih) posisi pada pandangan yang
sesungguhnya bertentangan dengan pandangan mereka sendiri. Setiap tim
mempersiapkan butir-butir yang mendukung pandangan yang dibelanya. Kemudian tim
bergantian menyajikan posisi dan dukungan argumentasi timnya. Kegiatan ini
diikuti dengan pembahasan oleh guru mengenai isu yang diperdebatkan.
6. Pembelajaran 99detik merupakan rancangan pembelajaran yang membantu siswa
memproses informasi dengan meminta siswa mengorganisasikan secara singkat
informasi kedalam penyajian yang tidak lebih dari 99 detik. Organisasi
ringkasan tersebut memuat butir-butir penting keseluruhan informasi.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan media pembelajaran berbasis manusiadengan menggunakan metode Socrates secara
garis besar adalah manusia, dalam pandangan Socrates, setiap individu anak
didik sudah terdapat potensi untuk mengetahui kebenaran dan kebaikan serta
kesalahan dan dengan demikian seseorang yang sekalipun kelihatannya
bodoh mungkin pula berbuat sebaliknya.
Proses belajar-mengajar metode ini sangat
baik digunakan dimana secara teknis dalam bangku perkuliahan misalnya seorang
dosen melontarkan sebuah pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan) tanpa
diketahui mahasiswa sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani,
percaya diri, berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik
tersebut.
Tujuan dari metode socrates ini adalah
merangsang siswa untuk menganalisis suatu masalah dengan sebuah analogi dan
berpikir kritis tentang suatu argumen. Metode ini juga membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan penalaran serta menanamkan pada siswa kebiasaan
ketat dan analisis kritis argumen-argumen yang mereka dengar secara tegas dan
persuasif, serta praktek menilai dan merevisi ide-ide mereka sendiri dan
pendekatan dalam terang informasi baru atau penalaran yang berbeda.
B. Saran
Media pembelajaran berbasis manusia sangat dirasa penting untuk
meningkatkan kemampuan belajar siswa dan meningkatkan keaktifan siswa didalam
kelas, maka seorang guru atau instruktur diharapkan mampu untuk mengkondisikan
kelas dengan baik dan menguasai berbagai pengetahuan untuk bisa mengarahkan
atau meluruskan dari berbagai permasalah yang menjadi topik pembahasan dalam
kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, H.Ronald. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Arsyad,Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Arsyad,Azhar. 2009.
Media Pembelajaran. Jakarta:Rajawali
Al Qhomairi, Arifan. 2014. Penerapan Metode Socrates pada
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual ditinjau dari Proses
Belajardan Kemampuan Berpikir Kritis (Penelitian Deskriptif Kualitatif pada
siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013).Skripsi.,
Bandarlampung:Universitas Lampung.
D.W. Johnson dan Johnson R.T. 2002. Meaningful assessment. Boston:
Allyn
and Bacon.
Dananjaya, Utomo. 2013. Media Pembelajaran Aktif.
Bandung: PT. Nuansa Cendekia
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Gava Media
Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. 2013. Media Pembelajaran Manual
dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia
Qosyim, Achmad. 2007. StudiImplikasi Socrates
dalamPraktekPendidikan.
Surabaya: UNESA University Press
Sudjana,Nana dan Ahmad Rivai. 2013. Media
Pengajaran . Bandung: Sinar Baru Algensindo
Susilana, Rudi dan CepiRiyana.
2009.Media Pembelajaran.Bandung: CV Wacana Prima
Zuhairini, dkk .2004.FilsafatPendidikan Islam. Jakarta: BumiAksara
[1]Rudi Susilana&CepiRiyana, Media
Pembelajaran, (Bandung; CV Wacana Prima, 2009), hlm. 1
[2]Ibid. hlm. 3
[3]Azhar
Arsyad,Media Pembelajaran, (Jakarta:Rajawali,2009),hlm.81-101
[4]Zuhairini, dkk .,FilsafatPendidikan Islam,(Jakarta:
BumiAksara, 2004), hlm. 78
[5]Rudi Susilana&CepiRiyana,
Media…, hlm. 6
[6]Azhar
Arsyad,Media …. ,hlm.3
[7]Ibid.,hlm. 82
[8]Arifan
Al Qhomairi,Penerapan Metode Socrates pada Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Kontekstual ditinjau dari Proses Belajardan Kemampuan Berpikir
Kritis (Penelitian Deskriptif Kualitatif pada siswa Kelas X SMA Negeri 15
Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013) , (Bandarlampung:Universitas
Lampung, 2014), hlm. 13
[9]
AchmadQosyim, Studi Implikasi Socrates dalam Praktek Pendidikan,
(Surabaya:
UNESA University Press, 2007), hlm. 7
[10] Johnson
D.W. dan Johnson R.T., Meaningful
assessment,(Boston: Allyn
and Bacon, 2002), hlm. 194
[11]Azhar
Arsyad,Media Pembelajaran, (Jakarta:Rajawali,2009),hlm. 86-87