Jumat, 26 Desember 2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA




Nama kelompok:
Ida khoirun nisa’ (10330015)
Siti Mahdzuroh (10330094)
Ria roissatul arifah (10330101)

Abstrak:
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa maka semakin sedikit tujuan pengajaran bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang terjadi pada siswa harus dikurangi, bahkan dihilangkan. Hal ini dapat tercapai jika guru telah mengkaji secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa. Penyebab kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakan, adapun sumber kesalahan berbahasa itu  meliputi: transfer interlingual dan transfer intralingual.
Kesalahan berbahasa disebabkan karena terpengaruh bahasa yang lebih dulu dikuasainya, kekurang pahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Signifikansi analisis kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi: Berdasarkan tataran linguistik, kegiatan berbahasa, sarana,  pengajaran dan interferensi, frekuensi terjadinya kesalahan. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur kerja atau metode, analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah kerja tertentu

Keywords: Transfer intralingual, transfer interlingual, sebab kesalahan berbahasa, signifikansi analisis, metodologi analisis


A.    Pendahuluan
Pergunakanlah bahasa  yang baik dan benar! Ungkapan itu sudah sering terdengar dan terbaca. Akibatnya, kita pun dapat bertanya “Apakah penggunaan bahasa  yang baik dan benar itu masih belum dicapai saat ini? Apakah penggunaan bahasa saat ini masih belum baik dan benar?”
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut. Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Bahasa  yang baik adalah bahasa  yang memenuhi faktor-faktor komunikasi, adapun bahasa yang benar adalah bahasa yang memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan. Apakah sumber kesalahan berbahasa? Apakah sebab kesalahan berbahasa? Apa signifikansi kesalahan berbahasa? Dan bagaimana metodologi kesalahan berbahasa? Hal itulah yang akan dibahas dalam makalah ini. Diharapkan agar anda mempelajari hal tersebut melalui sajian dalam makalah ini. Dengan mengetahui analisis kesalahan dalam berbahasa, anda dapat mengimplementasikannya ke dalam bahasa Indonesia. Akhirnya pernyataan “Pergunakanlah bahasa yang baik dan benar” menjadi kenyataan.

B.     Sumber-sumber analisis kesalahan berbahasa
Analisis kesalahan  berbahasa merupakan sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek (yaitu bahasa) yang sudah ditargetkan. Bahasa yang ditargetkan tersebut dapat berupa bahasa ibu maupun bahasa sasaran. Seseorang yang ingin memiliki suatu bahasa tentulah dia harus mempelajarinya. Mempelajari dalam arti melatih berulang-ulang dengan pembetulan diberbagai hal merupakan suatu peristiwa yang wajar ketika mempelajari suatu bahasa.
Analisis kesalahan terutama dikenakan pada bahasa yang sedang ditargetkan. Analisis kesalahan sangat berguna sebagai alat pada awal-awal dan selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran target dilaksanakan. Tindakan pada permulaan dapat membuka pikiran guru, perancang kursus bahasa, penulis buku pelajaran atau pun pemerhati bahasa untuk mengatasi keruwetan bidang bahasa yang dihadapkan pada siswa.
Adapun sumber kesalahan berbahasa itu  meliputi (1) transfer interlingual dan (2) transfer intralingual.
a)      Transfer Interlingual
Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakin pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari siswa.
Misalnya, pada saat berbicara, tampak dengan jelas masuknya unsur intonasi bahasa Jawa ketika anak itu berbahasa Indonesia. Bahkan mungkin juga tampak jelas masuknya unsur tata bentuk, tata kalimat, bahkan unsur leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa Indonesia. Mengapa hal itu terjadi? Pada tahap awal itu, sebelum sistem bahasa kedua, yakni sistem bahasa Indonesia dikuasai dengan baik oleh si anak, hanya bahasa pertamalah yang ada dalam benak pembelajar. Sistem yang sudah akrab itu digunakannya untuk membantu memperlancar proses komunikasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sumber kesalahan berbahasa anak dapat disebabkan oleh masuknya unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua, yakni bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa anak dapat dilacak dari bahasa pertama anak yang belajar bahasa Indonesia.
 Yang sering terjadi transfer dari bahasa Batak itu adalah dalam ragam  lisan.
Anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Batak cenderung untuk melafalkan e lemah seperti pada /kera/ menjadi /e/ keras seperti pada kata /sate/. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Batak akan melafalkan kata-kata di bawah ini sebagai berikut.
<mesra>
<tenang>
<perang>
<pilek>
<telaga>
Seharusnya huruf <e> pada kata-kata tersebut di atas dilafalkan  sebagai /e/ lemah.  dan tidak sebagai /e/ keras.

b)      Transfer Intralingual
Sumber kesalahan berbahasa dapat dilacak dari sistem kedua yang dipelajari siswa. Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa sumber kesalahn ini merupakan kesalahan terbesar. Bahasa pertama atau bahasa ibu yang sering ditunduh sebagai sumber kesalahan terbesar berbahasa kedua itu ternyata hanya menjadi faktor penyebab yang kecil saja, yakni kira-kira 13 persen, sedangkan selebihnya adalah sumber dari sistem bahasa kedua itu sendiri (Dulay, 1982).

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi karena transfer intralingual itu diantaranya sebagai berikut :
a)      Penghilangan morfem-morfem gramatikal
     Termasuk ke dalam morfem gramatikal yang sering di hilangkan ialah:
1)      Penghilangan awalan me- dan ber- dalam bentuk-bentuk bahasa Indonesia.
                  Contoh:
Saya suka nonton sepak bola. Kakak saya kuliah di FKIP. Sekarang ia tidak kerja lagi. Kalau demikian, ia tidak jalan. Presiden resrnikan pabrik baru.
Bentuk-bentuk nonton, kuliah, kerja, jalan, resrnikan merupakan bentuk yang kehilangan morfem gramatikal, yakni kehilangan awalan me- pada nonton, resrnikan dan kehilangan awalan ber- pada bentuk kuliah, kerja, jalan. Seharusnya bentuk-bentuk itu menjadi menonton, berkuliah, bekerja, berjalan, meresmikan.
2)      Penghilangan akhiran -kan.
      Contoh:
Saya mengajar bahasa Indonesia.
Orang itu paling suka memberi nasihat.
Saya tidak biasa memberi keterangan semacam itu.
Ada penghilangan akhiran -kan pada bentuk mengajar dan memberi pada contoh-contoh di atas. Seharusnya bentuknya adalah mengajarkan bahasa Indonesia, memberikan nasihat, dan memberikan keterangan.
Sesuai pendapat saya, hal itu dapat diterima. la pergi Surabaya.
Bapak ada rumah.
Ada partikel yang dihilangkan pada contoh di atas, yakni partikel dengan, ke, dan di pada bentuk sesuai pendapat, pergi Surabaya, dan ada rumah. Seharusnya bentuk tersebut adalah sesuai dengan pendapat, pergi ke Surabaya, dan ada di rumah
3)      Penghilangan partikel.
Penandaan ganda atau penggunaan unsur secara berlebihan
Sesuai pendapat saya, hal itu dapat diterima. la pergi Surabaya.
Bapak ada rumah.
Ada partikel yang dihilangkan pada contoh di atas, yakni partikel dengan, ke, dan di pada bentuk sesuai pendapat, pergi Surabaya, dan ada rumah. Seharusnya bentuk tersebut adalah sesuai dengan pendapat, pergi ke Surabaya, dan ada di rumah.

     Termasuk ke dalam bentuk ini di antaranya ialah:
1)      Penggunaan gaya bahasa tautology, yakni penggunaan kata yang sama atau kata yang mirip maknanya secara bersamaan.
      Contoh:
Jumlah orang yang hadir berjumlah 30 orang. Demi untuk pacarnya ia rela berkorban harta dan jiwa. Agar supaya berhasil ia bekerja keras. Pancasila adalah merupakan dasar negara. Sejak dari kecil ia sakit-sakitan.
Pada tiap-tiap kalimat di atas terdapat kata yang mempunyai makna yang sama, yakni:
berjumlah untuk
Selayaknya penutur memilih satu bentuk untuk tiap-tiap kalimat. Jadi, kalimat tersebut akan menjadi benar apabila dibenahi menjadi seperti .ini. Jumlah orang yang hadir 30 orang. Yang hadir berjumlah 30 orang. Demi pacarnya, ia rela berkorban harta dan jiwa. Untuk pacarnya, ia rela berkorban harta dan jiwa. Agar berhasil, ia bekerja keras. Supaya berhasil, ia bekerja keras. Pancasila merupakan dasar negara. Pancasila adalah dasar negara. Sejak kecil ia sakit-sakitan. Dari kecil ia sakit-sakitan.

2)      Penggunaan gaya bahasa pleonasme.
      Contoh: la naik ke atas. All sedang  turun ke bawah. Murid yang rajin itu disuruh gurunya maju ke depan.
Kata naik sudah mengandung pengertian ‘ke atas’. Demikian juga turun, maju sudah mengandung pengertian ‘ke bawah’ dan ‘ke depan’. Oleh sebab itu, penggunaan kata ke atas, ke bawah, ke depan tidak diperlukan lagi. Kalimat itu akan menjadi baku bila dibenahi sebagai berikut. la naik. la ke atas. AH sedang turun. Ali sedang ke bawah.
Anak yang rajin itu disuruh gurunya maju. Anak yang rajin itu disuruh gurunya ke depan.

3)      Penggunaan kata dari dan dari pada untuk menyatakan kepunyaan.
Kesalahan menyusun bentuk dalam sebuah kontruksi.
                        Contoh:
Ceramah daripada presiden kita menarik perhatian daripada anggota DPR. Undangan dari rektornya sangat diperhatikannya. Hasil daripada panen petani berlimpah ruah.
C.    Penyebab Kesalahan Berbahasa
Pangkal penyebab kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa bukan pada bahasa yang digunakan. Ada tiga kemungkinan penyebab seseorang salah dalam berbahasa, antara lain: ( Nanik Setyawati, 2004: 15-16)
1)      Terpengaruh bahasa yang lebih dulu dikuasainya.
Ini dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar. Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistemlinguistik B2.
2)      Kekurang pahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya :  kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa secara tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh : (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep.
3)      Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Hal ini berkaitan dengan bahasa yang diajarkan atau yang dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan.  Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah danurutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran.

Faktor ketidaktahuan atau ketidakditerapkannya kaidah bahasa juga merupakan persoalan tersendiri, karena ini juga disebabkan oleh berbagai macam alasan, seperti tingkat kesulitan kaidah bahasa Arab itu sendiri, ketidaksesuaian antara contoh-contoh kaidah yang diajarkan dengan kenyataan sehari-hari yang dibutuhkan (seperti kaidah isytighal), dan cara pengajaran kaidah yang tidak efektif, misalnya kaidah dibelajarkan dengan cara menghapal semata. Faktor asumsi-asumsi yang salah biasanya terjadi pada pemahaman awal suatu konsep kebahasaan. Misalnya saja, pelajar memahami bahwa kata benda yang tidak diakhiri dengan ta’ marbuthah adalah mudzakar. Asumsi dasar ini kemudian teraplikasikan ketika menggunakan kata serupatetapi termasuk muannats majazi, seperti kata-kata: حرب, سوق, شمس dan sebagainya.
Terlepas dari semua itu, Nayif Khirma dan Ali Hajjaj melihat banyak faktor yang menjadi sumber kesalahan pelajar dalam berbahasa. Di antaranya adalah situasi dan kondisi belajar yang tidak kondusif, ketidaksesuaian tujuan umum maupun khusus yang dirumuskan, tingkat kesulitan materi, metode penyajian dan sistematika buku ajar yang tidak relevan, metode guru dalam membelajarkan bahasa yang tidak cocok, bahasa guru atau dosen itu sendiri yang belum benar berikut model interaksi antara guru-siswa yang tidak komunikatif. ( Nayif Khirma dan Ali Hajjaj, 1998: 108 )Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi siswa atau mahasiswa yang mengalami kesalahan berbahasa itu sangat komplek dan multidimensional, baik bersifat linguistic, psikologis, sosiologis, maupun pedagogis dan edukasional.

D.    Signifikansi analisis kesalahan berbahasa
Menurut Tarigan (1996/1997 : 48-49), kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi :
(1)   Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa diklasifikasikan menjadi : kesalahan berbahasa pada bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana.
(2)   Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
(3)   Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis.
(4)   Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi
(5)   Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang.

E.     Metodologi analisis kesalahan berbahasa
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses balajar-mengajar, baik belajar secara formal maupun secara tidak formal. Pengalaman guru di lapangan menunjukkan bahwa kesalahan bahasa itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2,tetapi juga oleh siswa yang mempelajari B1. Siswa yang mempelajari bahasa sasaran sering membuat kesalahan baik secara lisan maupun tulisan.
Kesalahan berbahasa yang terjadi atau dilakukan oleh siswa dalam suatu proses belajar-mengajar mengimplikasikan tujuan pengajaran bahasa belum tercapai secara maksimal. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa itu, semakin sedikit tujuan pengajaran yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa harus dikurangi sampai ke bats minimal, bahkan diusahakan dihilangkan sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar bahasa telah mengkaji secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa itu.
Analisis kesaalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur kerja atau metode, analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah kerja tertentu, diantaranya adalah :
1)      Mengumpulkan data berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh si pembelajar bahasa (siswa), misalnya berupa hasil ulangan, karangan, atau percakapan;
2)      Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan dengan cara mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat;
3)      Menyusun peringkat kesalahan, seperti mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya;
4)      Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar;
5)      Memprediksi atau meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial menyebabkan kesalahan;
6)      Meremedi kesalahan, mengatasi kesalahan, memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi.

  1. Kesimpulan
sumber kesalahan berbahasa itu  meliputi:
  1. transfer interlingual: pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari siswa.
  2. transfer intralingual: Sumber kesalahan berbahasa dapat dilacak dari sistem kedua yang dipelajari siswa.
Ada tiga kemungkinan penyebab seseorang salah dalam berbahasa, antara lain :
1.      Terpengaruh bahasa yang lebih dulu dikuasainya.
2.      Kekurang pahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
3.      Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Menurut Tarigan (1996/1997 : 48-49), kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi :
1.      Berdasarkan tataran linguistik
2.      Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa
3.      Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis.
4.      Berdasarkan kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi
5.      Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi
Analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah kerja tertentu, diantaranya adalah :
1.      Mengumpulkan data
2.      Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan dengan cara mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan
3.      Menyusun peringkat kesalahan
4.      Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar
5.      Memprediksi atau meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial menyebabkan kesalahan
6.      Meremedi kesalahan, mengatasi kesalahan, memperbaiki kesalahan

G.    Daftar pustaka
-          Guntur Tarigan, Henry. 2011. Pengajaran analisis kesalahan berbahasa. Bandung: Angkasa
-          Khirma, Nayif dan Ali Hajjaj. 1998. al-Lughah al-Arabiyyah: Ta’limuha wa Ta’allumuha. Kuwait: al-Majlis al-Wathani li al-Tsaqafah wa al-Funun
-          Ramlan, Muhammad. 1987. Ilmu bahasa Indonesia. Yogyakarta: CV. Karyono
-          Setyawati, Nanik. 2010. Analisis kesalahan berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar