ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Nama kelompok:
Ida khoirun nisa’ (10330015)
Siti Mahdzuroh (10330094)
Ria roissatul arifah (10330101)
Abstrak:
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses
belajar-mengajar. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa maka semakin
sedikit tujuan pengajaran bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang
terjadi pada siswa harus dikurangi, bahkan dihilangkan. Hal ini dapat tercapai
jika guru telah mengkaji secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa.
Penyebab kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang
bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakan, adapun sumber kesalahan
berbahasa itu meliputi: transfer interlingual
dan transfer intralingual.
Kesalahan berbahasa disebabkan karena terpengaruh
bahasa yang lebih dulu dikuasainya, kekurang pahaman
pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, pengajaran
bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Signifikansi analisis kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi: Berdasarkan
tataran linguistik, kegiatan
berbahasa, sarana, pengajaran dan interferensi, frekuensi terjadinya kesalahan. Analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur kerja
atau metode, analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah kerja
tertentu
Keywords: Transfer intralingual, transfer interlingual, sebab
kesalahan berbahasa, signifikansi analisis, metodologi analisis
A. Pendahuluan
Pergunakanlah bahasa yang baik
dan benar! Ungkapan itu sudah sering terdengar dan terbaca. Akibatnya, kita pun
dapat bertanya “Apakah penggunaan bahasa
yang baik dan benar itu masih belum dicapai saat ini? Apakah penggunaan
bahasa saat ini masih belum baik dan benar?”
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat
menjelaskan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang memenuhi faktor-faktor komunikasi,
adapun bahasa yang benar adalah bahasa yang memenuhi kaidah-kaidah (tata
bahasa) dalam kebahasaan. Apakah sumber kesalahan berbahasa? Apakah sebab
kesalahan berbahasa? Apa signifikansi kesalahan berbahasa? Dan bagaimana
metodologi kesalahan berbahasa? Hal itulah yang akan dibahas dalam makalah ini.
Diharapkan agar anda mempelajari hal tersebut melalui sajian dalam makalah ini.
Dengan mengetahui analisis kesalahan dalam berbahasa, anda dapat
mengimplementasikannya ke dalam bahasa Indonesia. Akhirnya pernyataan
“Pergunakanlah bahasa yang baik dan benar” menjadi kenyataan.
B.
Sumber-sumber analisis kesalahan berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa merupakan sebuah proses yang
didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek
(yaitu bahasa) yang sudah ditargetkan. Bahasa yang ditargetkan tersebut dapat
berupa bahasa ibu maupun bahasa sasaran. Seseorang yang ingin memiliki suatu
bahasa tentulah dia harus mempelajarinya. Mempelajari dalam arti melatih
berulang-ulang dengan pembetulan diberbagai hal merupakan suatu peristiwa yang
wajar ketika mempelajari suatu bahasa.
Analisis kesalahan
terutama dikenakan pada bahasa yang sedang ditargetkan. Analisis kesalahan
sangat berguna sebagai alat pada awal-awal dan selama tingkat-tingkat variasi
program pengajaran target dilaksanakan. Tindakan pada permulaan dapat membuka
pikiran guru, perancang kursus bahasa, penulis buku pelajaran atau pun
pemerhati bahasa untuk mengatasi keruwetan bidang bahasa yang dihadapkan pada
siswa.
Adapun sumber kesalahan
berbahasa itu meliputi (1) transfer
interlingual dan (2) transfer intralingual.
a) Transfer Interlingual
Tahap awal pembelajaran
bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakin pemindahan
unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa
yang sedang dipelajari siswa.
Misalnya, pada saat berbicara,
tampak dengan jelas masuknya unsur intonasi bahasa Jawa ketika anak itu
berbahasa Indonesia. Bahkan mungkin juga tampak jelas masuknya unsur tata
bentuk, tata kalimat, bahkan unsur leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa
Indonesia. Mengapa hal itu terjadi? Pada tahap awal itu, sebelum sistem bahasa
kedua, yakni sistem bahasa Indonesia dikuasai dengan baik oleh si anak, hanya
bahasa pertamalah yang ada dalam benak pembelajar. Sistem yang sudah akrab itu
digunakannya untuk membantu memperlancar proses komunikasi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sumber kesalahan berbahasa anak dapat disebabkan oleh
masuknya unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua,
yakni bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa
anak dapat dilacak dari bahasa pertama anak yang belajar bahasa Indonesia.
Yang sering terjadi transfer dari bahasa Batak itu adalah dalam
ragam lisan.
Anak-anak
yang berbahasa pertama bahasa Batak cenderung untuk melafalkan e lemah seperti
pada /kera/ menjadi /e/ keras seperti pada kata /sate/. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan apabila anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Batak akan
melafalkan kata-kata di bawah ini sebagai berikut.
<mesra>
<tenang>
<perang>
<pilek>
<telaga>
Seharusnya
huruf <e> pada kata-kata tersebut di atas dilafalkan sebagai /e/
lemah. dan tidak sebagai /e/ keras.
b) Transfer Intralingual
Sumber kesalahan berbahasa dapat dilacak dari sistem kedua yang dipelajari
siswa. Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa sumber kesalahn ini merupakan
kesalahan terbesar. Bahasa pertama atau bahasa ibu yang sering ditunduh sebagai
sumber kesalahan terbesar berbahasa kedua itu ternyata hanya menjadi faktor
penyebab yang kecil saja, yakni kira-kira 13 persen, sedangkan selebihnya
adalah sumber dari sistem bahasa kedua itu sendiri (Dulay, 1982).
Kesalahan-kesalahan
yang sering terjadi karena transfer intralingual itu diantaranya sebagai
berikut :
a) Penghilangan
morfem-morfem gramatikal
Termasuk ke
dalam morfem gramatikal yang sering di hilangkan ialah:
1) Penghilangan awalan me-
dan ber- dalam bentuk-bentuk bahasa Indonesia.
Contoh:
Saya
suka nonton sepak bola. Kakak saya kuliah di FKIP. Sekarang ia tidak kerja
lagi. Kalau demikian, ia tidak jalan. Presiden resrnikan pabrik baru.
Bentuk-bentuk
nonton, kuliah, kerja, jalan, resrnikan merupakan bentuk yang kehilangan morfem
gramatikal, yakni kehilangan awalan me- pada nonton, resrnikan dan kehilangan
awalan ber- pada bentuk kuliah, kerja, jalan. Seharusnya bentuk-bentuk itu
menjadi menonton, berkuliah, bekerja, berjalan, meresmikan.
2) Penghilangan akhiran -kan.
Contoh:
Saya
mengajar bahasa Indonesia.
Orang
itu paling suka memberi nasihat.
Saya
tidak biasa memberi keterangan semacam itu.
Ada penghilangan akhiran -kan
pada bentuk mengajar dan memberi pada contoh-contoh di atas. Seharusnya
bentuknya adalah mengajarkan bahasa Indonesia, memberikan nasihat, dan
memberikan keterangan.
Sesuai
pendapat saya, hal itu dapat diterima. la pergi Surabaya.
Bapak
ada rumah.
Ada partikel yang dihilangkan pada
contoh di atas, yakni partikel dengan, ke, dan di pada bentuk sesuai pendapat,
pergi Surabaya, dan ada rumah. Seharusnya bentuk tersebut adalah sesuai dengan
pendapat, pergi ke Surabaya, dan ada di rumah
3) Penghilangan partikel.
Penandaan ganda atau penggunaan unsur secara berlebihan
Sesuai
pendapat saya, hal itu dapat diterima. la pergi Surabaya.
Bapak
ada rumah.
Ada
partikel yang dihilangkan pada contoh di atas, yakni partikel dengan, ke, dan
di pada bentuk sesuai pendapat, pergi Surabaya, dan ada rumah. Seharusnya
bentuk tersebut adalah sesuai dengan pendapat, pergi ke Surabaya, dan ada di
rumah.
Termasuk ke dalam bentuk ini di antaranya
ialah:
1) Penggunaan gaya bahasa
tautology, yakni penggunaan kata yang sama atau kata yang mirip maknanya secara
bersamaan.
Contoh:
Jumlah
orang yang hadir berjumlah 30 orang. Demi untuk pacarnya ia rela berkorban
harta dan jiwa. Agar supaya berhasil ia bekerja keras. Pancasila adalah
merupakan dasar negara. Sejak dari kecil ia sakit-sakitan.
Pada
tiap-tiap kalimat di atas terdapat kata yang mempunyai makna yang sama, yakni:
berjumlah
untuk
Selayaknya penutur memilih satu
bentuk untuk tiap-tiap kalimat. Jadi, kalimat tersebut akan menjadi benar
apabila dibenahi menjadi seperti .ini. Jumlah orang yang hadir 30 orang. Yang
hadir berjumlah 30 orang. Demi pacarnya, ia rela berkorban harta dan jiwa.
Untuk pacarnya, ia rela berkorban harta dan jiwa. Agar berhasil, ia bekerja
keras. Supaya berhasil, ia bekerja keras. Pancasila merupakan dasar negara.
Pancasila adalah dasar negara. Sejak kecil ia sakit-sakitan. Dari kecil ia
sakit-sakitan.
2) Penggunaan gaya bahasa
pleonasme.
Contoh:
la naik ke atas. All sedang turun ke bawah. Murid yang rajin itu disuruh gurunya maju ke depan.
Kata
naik sudah mengandung pengertian ‘ke atas’. Demikian juga turun, maju sudah
mengandung pengertian ‘ke bawah’ dan ‘ke depan’. Oleh sebab itu, penggunaan
kata ke atas, ke bawah, ke depan tidak diperlukan lagi. Kalimat itu akan
menjadi baku bila dibenahi sebagai berikut. la naik. la ke atas. AH sedang
turun. Ali sedang ke bawah.
Anak
yang rajin itu disuruh gurunya maju. Anak yang rajin itu disuruh gurunya ke
depan.
3) Penggunaan kata dari
dan dari pada untuk menyatakan kepunyaan.
Kesalahan menyusun
bentuk dalam sebuah kontruksi.
Contoh:
Ceramah
daripada presiden kita menarik perhatian daripada anggota DPR. Undangan dari
rektornya sangat diperhatikannya. Hasil daripada panen petani berlimpah ruah.
C.
Penyebab Kesalahan Berbahasa
Pangkal penyebab kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan
bahasa bukan pada bahasa yang digunakan. Ada tiga kemungkinan penyebab
seseorang salah dalam berbahasa, antara lain: ( Nanik Setyawati, 2004: 15-16)
1)
Terpengaruh bahasa yang lebih dulu dikuasainya.
Ini dapat
berarti bahwa kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh interferensi bahasa ibu
atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si
pembelajar. Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem
linguistik B1 dengan sistemlinguistik B2.
2)
Kekurang pahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
Kesalahan yang
merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain,
salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya : kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah
bahasa secara tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi
penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah
kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh : (a)
penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c) penerapan
kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep.
3)
Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Hal ini
berkaitan dengan bahasa yang diajarkan atau yang dilatihkan dan cara
pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan,
penyusunan, pengurutan, dan penekanan.
Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian,
langkah-langkah danurutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran,
dan alat-alat bantu dalam pengajaran.
Faktor
ketidaktahuan atau ketidakditerapkannya kaidah bahasa juga merupakan persoalan
tersendiri, karena ini juga disebabkan oleh berbagai macam alasan, seperti
tingkat kesulitan kaidah bahasa Arab itu sendiri, ketidaksesuaian antara
contoh-contoh kaidah yang diajarkan dengan kenyataan sehari-hari yang
dibutuhkan (seperti kaidah isytighal), dan cara pengajaran kaidah yang
tidak efektif, misalnya kaidah dibelajarkan dengan cara menghapal semata.
Faktor asumsi-asumsi yang salah biasanya terjadi pada pemahaman awal suatu
konsep kebahasaan. Misalnya saja, pelajar memahami bahwa kata benda yang tidak
diakhiri dengan ta’ marbuthah adalah mudzakar. Asumsi dasar ini
kemudian teraplikasikan ketika menggunakan kata serupatetapi termasuk muannats
majazi, seperti kata-kata: حرب, سوق, شمس dan
sebagainya.
Terlepas dari semua itu, Nayif Khirma dan Ali Hajjaj
melihat banyak faktor yang menjadi sumber kesalahan pelajar dalam berbahasa. Di
antaranya adalah situasi dan kondisi belajar yang tidak kondusif,
ketidaksesuaian tujuan umum maupun khusus yang dirumuskan, tingkat kesulitan
materi, metode penyajian dan sistematika buku ajar yang tidak relevan, metode
guru dalam membelajarkan bahasa yang tidak cocok, bahasa guru atau dosen itu sendiri
yang belum benar berikut model interaksi antara guru-siswa yang tidak
komunikatif. ( Nayif Khirma
dan Ali Hajjaj, 1998: 108 )Dengan
demikian faktor-faktor yang mempengaruhi siswa atau mahasiswa yang mengalami
kesalahan berbahasa itu sangat komplek dan multidimensional, baik bersifat
linguistic, psikologis, sosiologis, maupun pedagogis dan edukasional.
D.
Signifikansi analisis kesalahan berbahasa
Menurut Tarigan (1996/1997 : 48-49), kesalahan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi :
(1)
Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa
diklasifikasikan menjadi : kesalahan berbahasa pada bidang fonologi, morfologi,
sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana.
(2)
Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
(3)
Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud
kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis.
(4)
Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan
menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena
interferensi
(5)
Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat
diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang,
kurang, dan jarang.
E.
Metodologi analisis kesalahan berbahasa
Kesalahan
berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses balajar-mengajar, baik belajar
secara formal maupun secara tidak formal. Pengalaman guru di lapangan
menunjukkan bahwa kesalahan bahasa itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang
mempelajari B2,tetapi juga oleh siswa yang mempelajari B1. Siswa yang
mempelajari bahasa sasaran sering membuat kesalahan baik secara lisan maupun
tulisan.
Kesalahan
berbahasa yang terjadi atau dilakukan oleh siswa dalam suatu proses
belajar-mengajar mengimplikasikan tujuan pengajaran bahasa belum tercapai
secara maksimal. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa itu, semakin
sedikit tujuan pengajaran yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang dilakukan
oleh siswa harus dikurangi sampai ke bats minimal, bahkan diusahakan dihilangkan
sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar bahasa telah mengkaji
secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa itu.
Analisis
kesaalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur kerja
atau metode, analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah kerja
tertentu, diantaranya adalah :
1) Mengumpulkan data
berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh si pembelajar bahasa (siswa),
misalnya berupa hasil ulangan, karangan, atau percakapan;
2) Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan
kesalahan dengan cara mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan
kategori kebahasaan, misalnya kesalahan pelafalan, pembentukan kata,
penggabungan kata, dan penyusunan kalimat;
3) Menyusun peringkat
kesalahan, seperti mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau
keseringannya;
4) Menjelaskan kesalahan:
menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang
benar;
5) Memprediksi atau
meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial menyebabkan kesalahan;
6) Meremedi kesalahan,
mengatasi kesalahan, memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan
kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan
teknik pengajaran yang serasi.
- Kesimpulan
sumber kesalahan
berbahasa itu meliputi:
- transfer
interlingual: pemindahan
unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau
bahasa yang sedang dipelajari siswa.
- transfer intralingual: Sumber kesalahan
berbahasa dapat dilacak dari sistem kedua yang dipelajari siswa.
Ada
tiga kemungkinan penyebab seseorang salah
dalam berbahasa, antara lain :
1.
Terpengaruh bahasa yang lebih dulu dikuasainya.
2.
Kekurang pahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
3.
Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Menurut Tarigan (1996/1997 : 48-49), kesalahan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Berdasarkan
tataran linguistik
2. Berdasarkan
kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa
3. Berdasarkan
sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa
secara lisan dan secara tertulis.
4. Berdasarkan
kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena
interferensi
5. Kesalahan
berbahasa berdasarkan frekuensi
Analisis
kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah kerja tertentu, diantaranya adalah
:
1.
Mengumpulkan data
2.
Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan dengan cara mengenali dan
memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan
3.
Menyusun peringkat kesalahan
4.
Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan,
dan memberikan contoh yang benar
5.
Memprediksi atau meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial
menyebabkan kesalahan
6.
Meremedi kesalahan, mengatasi kesalahan, memperbaiki kesalahan
G.
Daftar pustaka
-
Guntur Tarigan, Henry. 2011. Pengajaran analisis kesalahan
berbahasa. Bandung: Angkasa
-
Khirma, Nayif dan Ali Hajjaj. 1998. al-Lughah al-Arabiyyah: Ta’limuha
wa Ta’allumuha. Kuwait: al-Majlis al-Wathani li al-Tsaqafah wa al-Funun
-
Ramlan, Muhammad. 1987. Ilmu bahasa Indonesia. Yogyakarta:
CV. Karyono
-
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis kesalahan berbahasa Indonesia.
Surakarta: Yuma pustaka
-
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/10_BBM_8.pdf, jam 11.50, tanggal 28-02-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar