Jumat, 26 Desember 2014

Aplikasi Strategi Pembelajaran Call On The Next Speaker untuk Meningkatkan Maharah Kalam pada Siswa Kelas Xa MA. Nahjatus Sholihin Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua bangsa terlebih Indonesia yang menaruh harapan besar pada generasi pendidik dalam kelangsungan masa depan bangsanya. Akan tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problematika klasik, yaitu masalah kualitas pendidikan. Hal ini bagaikan sebuah rantai yang melingkar dan tanpa diketahui dari mana harus diawali.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 Bab.I Pasal 1 menyebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Akan tetapi paradigma lama masih melekat dan tetap dipertahankan karena kebiasaan yang susah diubah dan belum pernah berubah menjadi paradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KTSP pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru sebagai sutradara dan murid menjadi pemain. Guru memfasilitasi aktifitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan kehidupannya sebagai insan yang mandiri (tidak menggantungkan diri pada orang lain).
Akan tetapi, ditinjau dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan metode ceramah-ekspositoris apalagi pada bidang studi agama, khususnya bahasa arab. Guru masih dominan, murid resisten, guru menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan murid pasif.
Dalam hal ini guru dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas dengan menggunakan metode mengajar, strategi pembelajaran, sebagai administrator,  sikap dan perilaku yang dapat dicontoh dan diteladani siswanya.
Untuk pemenuhan hal tersebut di atas guru harus berusaha merangsang anak didiknya agar timbul kemauan dan berusaha belajar yang giat, tekun, serta belajar secara baik dan benar khususnya pada mata pelajaran bahasa arab.
Dalam bahasa arab terdapat empat ketrampilan (مهارة) yang harus dikuasai oleh murid yaitu ketrampilan menulis (الكتابة), membaca (القراءة), berbicara (الكلام), dan mendengar (الاستماع). Akan tetapi kebanyakan dari guru Bahasa Arab hanya menitik beratkan pada kemampuan menulis (الكتابة) dan membaca (القراءة) saja.  Padahal tujuan utama dari pengajaran Bahasa Arab adalah agar siswa mampu berbicara dalam percakapan sehari-hari dengan berbahasa Arab, baca Al-Quran dan doa-doa. Maka dari itu pada pelajaran Bahasa Arab pertama-tama harus dimulai dengan bercakap-cakap (المحادثة) dengan menggunakan Bahasa Arab.
 1.2    Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran call on the next speaker sehingga dapat meningkatkan ketrampilan berbicara  (مهارة الكلام)pada siswa kelas Xa MA. Nahjatus Sholihin kecamatan kragan kabupaten rembang?
1.3   Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Mendeskripsikan penggunaan strategi pembelajaran call on the next speaker dalam meningkatkan ketrampilan berbicara  (مهارة الكلام)pada siswa kelas Xa MA. Nahjatus Sholihin kecamatan kragan kabupaten rembang.
1.4    Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
  1. Guru
Memberikan informasi tentang penerapan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pembelajaran Bahasa Arab guna meningkatkan profesionalisme guru.
  1. Siswa
Meningkatkan maharah kalam siswa dan memberikan perasaan senang terhadap materi pelajaran karena dikemas dalam bentuk permainan call on the next speaker.
  1. Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah penggunaan modul pembelajaran Bahasa Arab khususnya dan materi pelajaran lain pada umumnya.

1.5    Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
  1. Jika strategi pembelajaran call on the next speaker diterapkan pada mata pelajaran bahasa Arab, maka ketrampilan berbicara  (مهارة الكلام)siswa kelas Xa MA. Nahjatus Sholihin kecamatan kragan kabupaten rembang dapat ditingkatkan.
  2. Jika strategi pembelajaran call on the next speaker diterapkan pada mata pelajaran bahasa arab, maka kualitas ketrampilan berbicara(مهارة الكلام)  siswa kelas Xa MA. Nahjatus Sholihin kecamatan kragan kabupaten rembang dapat ditingkatkan.
1.6     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
  1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan ketrampilan berbicara (مهارة الكلام) pada pembelajaran Bahasa Arab.
  2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas Xa.
  3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MA. Nahjatus Sholihin kecamatan kragan kabupaten rembang.
  4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2013.
  5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar bercerita tentang “Lingkungan Sekolah” dengan menggunakan Bahasa Arab

















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1       Pengertian Call On The Next Speaker
Variabel agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Strategi pembelajaran call on the next speaker adalah salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui cerita yang mereka sampaikan secara beruntun pada masing-masing kelompok. Dan di sini guru hanya sebagai fasilitator.
  2. Ketrampilan berbicara (مهارة الكلام) adalah salah satu dari 4 ketrampilan lain (membaca,menulis dan mendengar) yang wajib dikuasai oleh siswa dan merupakan salah satu tujuan utama yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Arab.
2.2       Strategi Pembelajaran Call On The Next Speaker
Secara umum strategi berarti suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi menunjuk pada suatu perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar diantaranya:
  1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadiannya anak didik sebagaimana yang diharapkan.
  2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
  3. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan dan kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Sedangkan strategi pembelajaran call on the next speaker adalah salah satu dari macam strategi pembelajaran yang mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggung jawaban individu. Strategi ini memberi kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pendapatnya sesuai dengan hasil diskusi sebelumnya dengan kelompok masing-masing.
Prosedur:
  1. Bagilah kelas dalam beberapa kelompok dan mintalah mereka untuk mendiskusikan sebuah permasalahan yang terkait dengan topik;
  2. Mintalah tiap-tiap kelompok untuk menuangkan hasil diskusinya dalam bentuk gambar/gambar pada selembar kertas plano;
  3. Mintalah setiap kelompok (ketua dan anggota kelompok) maju mendekati poster/gambar yang mereka buat;
  4. Mintalah setiap orang dari kelompok itu untuk mempresentasikan dengan durasi waktu 1 orang berbicara 1 menit, lalu memanggil teman lainnya dalam kelompok itu untuk melanjutkan presentasinya, demikian seterusnya;
  5. Mintalah kelompok lain untuk menanggapi atau memberikan komentar;
Variasi:
  1. Untuk menghemat waktu, guru dapat membatasi dua hingga tiga orang dari tiap kelompoknya yang berbicara.
  2. Bila pada akhir sesi guru melihat topik pada sebagian atau keseluruhan kelompok tidak terbahas secara utuh, guru dapat meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pemilihan wakil tersebut dapat dilakukan dengan cara lempar bola kertas.
Perlengkapan:
Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru sebelum teknik ini dimulai, diantaranya adalah:
  1. Kertas plano minimal sebanyak kelompok yang akan dibentuk.
  2. Spidol 3 warna untuk masing-masing kelompok.
  3. Perekat (solasi/lakban atau double tip)
2.3             Ketrampilan Berbicara (مهارة الكلام)
Ketrampilan berbicara (مهارة الكلام) marupakan salah satu dari empat ketrampilan berbahasa yang harus dicapai dalam pengajaran bahasa termasuk Bahasa Arab. Berbicara adalah sarana untuk berkomunikasi timbal balik dengan sesama dan bahasa menjadi medianya.
Berbicara mempunyai aspek komunikasi dua arah yaitu pembicara dan yang diajak bicara atau pendengar secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan mndengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan kosa kata serta ungkapan yang memungkinkan siswa dapat mengungkapkan maksud dan fikirannya.
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara adalah keberanian siswa dan perasaan tidak takut salah. Oleh sebab itu seyogyanya guru memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa supaya berani berbicara walaupun beresiko salah.
Pada tahap permulaan latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan menyimak, akan tetapi tujuan akhir keduanya berbeda. Latihan berbicara menekankan kemampuan ekspresi atau mengungkapkan pesan ide pikiran kepada orang lain. Sedangkan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik.
Pembelajar bahasa perlu menyadari bahwa ketrampilan berbicara melibatkan tiga bidang pengetahuan, yaitu:
  1. Mekanik (pengucapan, tata bahasa, dan kosa kata); penggunaan kata-kata yang sesuai dengan susunan dan pengucapan yang benar.
  2. Fungsi (transaksi dan interaksi); mengetahui kapan pesan yang jelas diperlukan (transaksi atau pertukaran informasi) dan kapan pemahaman yang tepat tidak diperlukan (interaksi atau membangun hubungan).
  3. Norma atau aturan sosial budaya (pengalihan pembicara, kecepatan berbicara, lamanya berhenti antar pembicara, peran aktif pembicara); pemahaman tentang siapa yang berbicara kepada siapa, dalam situasi yang bagaimana, tentang apa, dan untuk apa.
Berikut ini model-model latihan berbicara yang digunakan dalam melatih ketrampilan kalam anak didik yaitu;
  1. Latihan asosiasi dan identifikasi
Dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya.
  1. Latihan pola kalimat
  2. Latihan mekanis
Latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang benar. Ada bermaca-macam latihan mekanis diantaranya adalah:
- Pengulangan sederhana
- Penggantian sederhana
- Penggantian berganda
- Transformasi penggabungan kalimat dengan penambahan qowaid
  1. Latihan bermakna
-   Alat peraga baik berupa benda-benda alamiah maupun gambar-gambar yang dipakai untuk memberikan makna pada kalimat-kalimat yang dilatihkan.
-   Situasi kelas yaitu benda-benda yang ada di dalam kelas dapat dimanfaatkan untuk pemberian makna.
  1. Latihan komunikatif
  2. Latihan percakapan
Latihan ini menumbuhkan daya kreasi siswa dan merupakan latihan yang sebenarnya.
  1. Latihan percakapan
Model-model latihan percakapan itu adalah sebagai berikut:
  1. Tanya jawab.
  2. Menghafal dialog.
  3. Percakapan terpimpin.
  4. Percakapan bebas.
  5. Bercerita.
  6. Diskusi
Ada beberapa model diskusi yang bisa dilakukan di kelas yang berkaitan dengan latihan berbicara:
-       Diskusi kelas dengan dua kelompok berhadapan
-       Diskusi kelas bebas
-       Diskusi kelompok
-       Diskusi panel
  1. Wawancara
  2. Drama
  3. Pidato

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1       Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research), karena penelitian dilaksanakan untuk memecahkan suatu permasalahan pembelajaran di kelas. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu tehnik pembelajaran yang diterapkan, dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai dengan peningkatan pada unsur desain untuk memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan dan bertujuan untuk memperbaiki dan  meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
3.2       Setting Penelitian
1.                  Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di Mts. Nahjatus Sholihin Rembang (Jawa Tengah)
2.                  Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 1 juli sampai 30 agustus 2013.
3.3       Subjek Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA Mts. Nahjatus Sholihin
3.4       Data dan Sumber Data
  1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berbicara siswa yang diperoleh dengan mengamati pemaparan hasil diskusinya dengan kelompok masing-masing. Data untuk hasil penelitian diperoleh berdasarkan lancarnya kecakapan berbicara atau test lisan.
  2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas Xa MA. Nahjatus Sholihin kecamatan karagan kabupaten rembang
3.5       Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tehnik sebagai berikut:
  1. Wawancara
Wawancara awal akan dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan.
  1. Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran active learning.
  1. Observasi
Observasi akan dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berfikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlansung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan oleh 1 orang.
  1. Test
Test akan dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk test lisan karena bertujuan untuk mengetahui perkembangan ketrampilan berbicaranya
3.6       Prosedur Penelitian
Berdasarkan observasi awal proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yaitu call on the next speaker. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
  • Siklus I
  1. Perencanaan
Persiapan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini - adalah:
-          Menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang direncanakan dalam PTK
-          Menyiapkan pertanyaan dari tema yang telah ditentukan.
-          Menyiapkan media pembelajaran berupa kertas plano, spidol warna, dan alat perekat.
-          Pembagian kerja kelompok, tiap kelompok terdiri dari enam siswa.
  1. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
            Untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian, guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk berbicara/mengungkapkan buah pikirannya secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dengan model call on the next speaker. Adapun langkah-langkah yang dilakukan disesuaikan dengan skenario pembelajaran.
  1. Kegiatan penutup.
  1. Observasi
Dalam kegiatan observasi sebagai sasaran pengamatan peneliti ada beberapa hal yang diobservasi, diantaranya:
-          Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan di kelompoknya
-          Keberanian siswa dalam memberikan masukan dan saran pada kelompoknya
-          Kemauan siswa dalam kerjasama di kelompoknya
-          Sikap menghargai dan menghormati pendapat atau ide teman dalam kelompoknya amupun kelompok lain
  1. Refleksi
Sesuai dengan hasil observasi di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran lancar atau tidak. Hal ini terlihat dari kegiatan siswa dalam melakukan aktifitas bicara di depan kelas. 
















DAFTAR PUSTAKA

-          Asrori, Muhammad. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima
-          Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk guru. Bandung: Yrama Widya
-          Muna, Wa. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Teras
-          UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen


Tidak ada komentar:

Posting Komentar