BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang
memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua bangsa
terlebih Indonesia yang menaruh harapan besar pada generasi pendidik dalam
kelangsungan masa depan bangsanya. Akan tetapi sampai saat ini Indonesia masih
berkutat pada problematika klasik, yaitu masalah kualitas pendidikan. Hal ini
bagaikan sebuah rantai yang melingkar dan tanpa diketahui dari mana harus
diawali.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14
tahun 2005 Bab.I Pasal 1 menyebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Akan tetapi paradigma lama masih melekat dan
tetap dipertahankan karena kebiasaan yang susah diubah dan belum pernah berubah
menjadi paradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KTSP pada penyusunan
RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di
kelas. Guru sebagai sutradara dan murid menjadi pemain. Guru memfasilitasi
aktifitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan
hidup (life skill) untuk bekal hidup dan kehidupannya sebagai insan yang
mandiri (tidak menggantungkan diri pada orang lain).
Akan tetapi, ditinjau dari cara guru mengajar
di kelas masih tetap menggunakan metode ceramah-ekspositoris apalagi pada
bidang studi agama, khususnya bahasa arab. Guru masih dominan, murid resisten,
guru menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan murid pasif.
Dalam hal ini guru dituntut untuk melakukan
perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas dengan menggunakan metode
mengajar, strategi pembelajaran, sebagai administrator, sikap dan
perilaku yang dapat dicontoh dan diteladani siswanya.
Untuk pemenuhan hal tersebut di atas guru harus
berusaha merangsang anak didiknya agar timbul kemauan dan berusaha belajar yang
giat, tekun, serta belajar secara baik dan benar khususnya pada mata pelajaran
bahasa arab.
Dalam bahasa arab terdapat empat ketrampilan (مهارة) yang
harus dikuasai oleh murid yaitu ketrampilan menulis (الكتابة), membaca (القراءة), berbicara (الكلام), dan mendengar (الاستماع). Akan tetapi kebanyakan dari guru Bahasa
Arab hanya menitik beratkan pada kemampuan menulis (الكتابة) dan membaca (القراءة) saja. Padahal tujuan utama dari
pengajaran Bahasa Arab adalah agar siswa mampu berbicara dalam percakapan
sehari-hari dengan berbahasa Arab, baca Al-Quran dan doa-doa. Maka dari itu
pada pelajaran Bahasa Arab pertama-tama harus dimulai dengan bercakap-cakap (المحادثة)
dengan menggunakan Bahasa Arab.
1.2
Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
- Bagaimana penerapan strategi pembelajaran call
on the next speaker sehingga dapat meningkatkan ketrampilan berbicara
(مهارة الكلام)pada siswa kelas Xa MA. Nahjatus Sholihin kecamatan kragan
kabupaten rembang?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian
ini bertujuan untuk:
- Mendeskripsikan penggunaan strategi
pembelajaran call on the next speaker dalam meningkatkan
ketrampilan berbicara (مهارة الكلام)pada siswa kelas Xa MA. Nahjatus
Sholihin kecamatan kragan kabupaten rembang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian
ini dapat bermanfaat bagi:
- Guru
Memberikan informasi tentang penerapan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pembelajaran Bahasa Arab guna meningkatkan
profesionalisme guru.
- Siswa
Meningkatkan maharah kalam siswa dan memberikan
perasaan senang terhadap materi pelajaran karena dikemas dalam bentuk permainan
call on the next speaker.
- Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
langkah-langkah penggunaan modul pembelajaran Bahasa Arab khususnya dan materi
pelajaran lain pada umumnya.
1.5
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan penelitian tindakan adalah
sebagai berikut:
- Jika strategi pembelajaran call on
the next speaker diterapkan pada mata pelajaran bahasa Arab, maka
ketrampilan berbicara (مهارة الكلام)siswa kelas Xa MA. Nahjatus Sholihin
kecamatan kragan kabupaten rembang dapat ditingkatkan.
- Jika strategi pembelajaran call on
the next speaker diterapkan pada mata pelajaran bahasa arab, maka
kualitas ketrampilan berbicara(مهارة الكلام) siswa kelas Xa MA. Nahjatus
Sholihin kecamatan kragan kabupaten rembang dapat ditingkatkan.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah sebagai berikut:
- Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
masalah peningkatan ketrampilan berbicara (مهارة
الكلام) pada pembelajaran
Bahasa Arab.
- Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas Xa.
- Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MA. Nahjatus
Sholihin kecamatan kragan kabupaten rembang.
- Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun
pelajaran 2013.
- Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar
bercerita tentang “Lingkungan Sekolah” dengan menggunakan Bahasa Arab
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Call On The Next Speaker
Variabel agar tidak terjadi salah persepsi
terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai
berikut:
- Strategi pembelajaran call on the next speaker adalah salah
satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
melalui cerita yang mereka sampaikan secara beruntun pada masing-masing
kelompok. Dan di sini guru hanya sebagai fasilitator.
- Ketrampilan berbicara (مهارة الكلام) adalah salah satu dari 4 ketrampilan
lain (membaca,menulis dan mendengar) yang wajib dikuasai oleh siswa dan
merupakan salah satu tujuan utama yang harus dicapai dalam pembelajaran
bahasa Arab.
2.2 Strategi
Pembelajaran Call On The Next Speaker
Secara umum strategi berarti suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Sedangkan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Strategi menunjuk pada suatu perencanaan untuk
mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan strategi.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar
diantaranya:
- Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadiannya anak didik sebagaimana yang
diharapkan.
- Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.Memilih dan menetapkan prosedur,
metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
- Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan dan
kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh
guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sistem
intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Sedangkan strategi pembelajaran call on the next
speaker adalah salah satu dari macam strategi pembelajaran yang mudah untuk
mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggung jawaban individu.
Strategi ini memberi kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pendapatnya
sesuai dengan hasil diskusi sebelumnya dengan kelompok masing-masing.
Prosedur:
- Bagilah kelas dalam beberapa kelompok dan
mintalah mereka untuk mendiskusikan sebuah permasalahan yang terkait
dengan topik;
- Mintalah tiap-tiap kelompok untuk
menuangkan hasil diskusinya dalam bentuk gambar/gambar pada selembar
kertas plano;
- Mintalah setiap kelompok (ketua dan
anggota kelompok) maju mendekati poster/gambar yang mereka buat;
- Mintalah setiap orang dari kelompok itu
untuk mempresentasikan dengan durasi waktu 1 orang berbicara 1 menit, lalu
memanggil teman lainnya dalam kelompok itu untuk melanjutkan
presentasinya, demikian seterusnya;
- Mintalah kelompok lain untuk menanggapi
atau memberikan komentar;
Variasi:
- Untuk menghemat waktu, guru dapat membatasi dua hingga tiga
orang dari tiap kelompoknya yang berbicara.
- Bila pada akhir sesi guru melihat topik pada sebagian atau
keseluruhan kelompok tidak terbahas secara utuh, guru dapat meminta
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pemilihan
wakil tersebut dapat dilakukan dengan cara lempar bola kertas.
Perlengkapan:
Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan
guru sebelum teknik ini dimulai, diantaranya adalah:
- Kertas plano minimal sebanyak kelompok
yang akan dibentuk.
- Spidol 3 warna untuk masing-masing
kelompok.
- Perekat (solasi/lakban atau double tip)
2.3 Ketrampilan
Berbicara (مهارة
الكلام)
Ketrampilan berbicara (مهارة الكلام)
marupakan salah satu dari empat ketrampilan berbahasa yang harus dicapai dalam
pengajaran bahasa termasuk Bahasa Arab. Berbicara adalah sarana untuk
berkomunikasi timbal balik dengan sesama dan bahasa menjadi medianya.
Berbicara mempunyai aspek komunikasi dua arah
yaitu pembicara dan yang diajak bicara atau pendengar secara timbal balik.
Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan
mndengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan kosa kata serta ungkapan
yang memungkinkan siswa dapat mengungkapkan maksud dan fikirannya.
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan
kegiatan berbicara adalah keberanian siswa dan perasaan tidak takut salah. Oleh
sebab itu seyogyanya guru memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa supaya
berani berbicara walaupun beresiko salah.
Pada tahap permulaan latihan berbicara dapat
dikatakan serupa dengan menyimak, akan tetapi tujuan akhir keduanya berbeda.
Latihan berbicara menekankan kemampuan ekspresi atau mengungkapkan pesan ide
pikiran kepada orang lain. Sedangkan menyimak adalah kemampuan memahami apa
yang disimak. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan
yang efektif secara timbal balik.
Pembelajar bahasa perlu menyadari bahwa
ketrampilan berbicara melibatkan tiga bidang pengetahuan, yaitu:
- Mekanik (pengucapan, tata bahasa, dan kosa
kata); penggunaan kata-kata yang sesuai dengan susunan dan pengucapan yang
benar.
- Fungsi (transaksi dan interaksi);
mengetahui kapan pesan yang jelas diperlukan (transaksi atau pertukaran
informasi) dan kapan pemahaman yang tepat tidak diperlukan (interaksi atau
membangun hubungan).
- Norma atau aturan sosial budaya
(pengalihan pembicara, kecepatan berbicara, lamanya berhenti antar
pembicara, peran aktif pembicara); pemahaman tentang siapa yang berbicara
kepada siapa, dalam situasi yang bagaimana, tentang apa, dan untuk apa.
Berikut ini model-model latihan berbicara yang
digunakan dalam melatih ketrampilan kalam anak didik yaitu;
- Latihan asosiasi dan identifikasi
Dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan
kecepatannya dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang
didengarnya.
- Latihan pola kalimat
- Latihan mekanis
Latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan
dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang benar. Ada
bermaca-macam latihan mekanis diantaranya adalah:
- Pengulangan sederhana
- Penggantian sederhana
- Penggantian berganda
- Transformasi penggabungan kalimat dengan
penambahan qowaid
- Latihan bermakna
- Alat peraga baik berupa
benda-benda alamiah maupun gambar-gambar yang dipakai untuk memberikan makna
pada kalimat-kalimat yang dilatihkan.
- Situasi kelas yaitu benda-benda
yang ada di dalam kelas dapat dimanfaatkan untuk pemberian makna.
- Latihan komunikatif
- Latihan percakapan
Latihan ini menumbuhkan daya kreasi siswa dan
merupakan latihan yang sebenarnya.
- Latihan percakapan
Model-model latihan percakapan itu adalah
sebagai berikut:
- Tanya jawab.
- Menghafal dialog.
- Percakapan terpimpin.
- Percakapan bebas.
- Bercerita.
- Diskusi
Ada beberapa model diskusi yang bisa dilakukan
di kelas yang berkaitan dengan latihan berbicara:
- Diskusi
kelas dengan dua kelompok berhadapan
- Diskusi
kelas bebas
- Diskusi
kelompok
- Diskusi
panel
- Wawancara
- Drama
- Pidato
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis
Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (Class Action Research), karena penelitian dilaksanakan untuk memecahkan
suatu permasalahan pembelajaran di kelas. Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu tehnik pembelajaran yang
diterapkan, dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai dengan
peningkatan pada unsur desain untuk memungkinkan diperolehnya gambaran
keefektifan tindakan yang dilakukan dan bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
3.2 Setting
Penelitian
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di Mts. Nahjatus Sholihin Rembang (Jawa Tengah)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di Mts. Nahjatus Sholihin Rembang (Jawa Tengah)
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 1 juli sampai 30 agustus 2013.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 1 juli sampai 30 agustus 2013.
3.3 Subjek Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas VIIA Mts. Nahjatus Sholihin
3.4 Data
dan Sumber Data
- Data dalam penelitian ini adalah
kemampuan berbicara siswa yang diperoleh dengan mengamati pemaparan hasil
diskusinya dengan kelompok masing-masing. Data untuk hasil penelitian
diperoleh berdasarkan lancarnya kecakapan berbicara atau test lisan.
- Sumber data penelitian adalah siswa kelas
Xa MA. Nahjatus Sholihin kecamatan karagan kabupaten rembang
3.5 Tekhnik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan tehnik sebagai berikut:
- Wawancara
Wawancara awal akan dilakukan pada guru dan
siswa untuk menentukan tindakan.
- Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa
terhadap penerapan pembelajaran active learning.
- Observasi
Observasi akan dilaksanakan untuk memperoleh
data kemampuan berfikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada
selama pembelajaran berlansung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan oleh 1 orang.
- Test
Test akan dilaksanakan setiap akhir siklus, hal
ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian
tindakan. Test tersebut berbentuk test lisan karena bertujuan untuk mengetahui
perkembangan ketrampilan berbicaranya
3.6 Prosedur
Penelitian
Berdasarkan observasi awal proses pembelajaran
yang dilakukan adalah model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) yaitu call on the next speaker. Penelitian ini akan
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
- Siklus I
- Perencanaan
Persiapan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini - adalah:
-
Menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang
direncanakan dalam PTK
-
Menyiapkan pertanyaan dari tema yang telah
ditentukan.
-
Menyiapkan media pembelajaran berupa kertas
plano, spidol warna, dan alat perekat.
-
Pembagian kerja kelompok, tiap kelompok terdiri
dari enam siswa.
- Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada
penelitian ini adalah:
Untuk melaksanakan kegiatan sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian,
guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk
berbicara/mengungkapkan buah pikirannya secara aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan dengan model call on the next speaker. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan disesuaikan dengan skenario pembelajaran.
- Kegiatan penutup.
- Observasi
Dalam kegiatan observasi sebagai sasaran
pengamatan peneliti ada beberapa hal yang diobservasi, diantaranya:
-
Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan di
kelompoknya
-
Keberanian siswa dalam memberikan masukan dan
saran pada kelompoknya
-
Kemauan siswa dalam kerjasama di kelompoknya
-
Sikap menghargai dan menghormati pendapat atau
ide teman dalam kelompoknya amupun kelompok lain
- Refleksi
Sesuai dengan hasil observasi di lapangan maka
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran lancar atau tidak. Hal
ini terlihat dari kegiatan siswa dalam melakukan aktifitas bicara di depan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
-
Asrori, Muhammad. 2007. Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima
-
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan
Kelas untuk guru. Bandung: Yrama Widya
-
Muna, Wa. 2011. Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Teras
-
UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar