Karakteristik
Media Pembelajaran yang Baik
untuk
Maharah Qiroah
Oleh:
Dila
Fitri Nabilla (10330035), Siti Mahdzuroh (10330094)
Abstrak:
Pengambilan tema ini didasarkan karena
mayoritas pembelajaran bahasa arab khususnya maharah qira’ah dinilai monoton
dan membosankan, sehingga banyak orang tidak tertarik untuk belajar maharah
qira’ah. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan tentang karakteristik yang
menarik dari suatu media untuk maharah qira’ah agar terkesan lebih menarik dan
memudahkan bagi pelajar.
Apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka
yang dikatakan dengan media adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber/pengajar ke peserta didik
yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara
utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan
pembelajaran, selain itu berfungsi pula memberikan penguatan maupun motivasi.
Maharah qiro’ah/kemampuan membaca adalah kemampuan berbahasa yang
bersifat resptif, yakni seorang pembaca hanyalah bertindak sebagai penerima.
Adapun media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran
keterampilan membaca (Qira’ah) antara lain: kartu dan komik.
Keywords: media
pembelajaran, karakteristik media pembelajaran, maharah qiro’ah, kartu, komik
A.
PENDAHULUAN
Hakikatnya, pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar
untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha-usaha
yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses
belajar dalam diri siswa (Arif Sadiman, 1984:7).
Media
pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan
sehingga kaidah pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar
bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Anak-anak yang peka atau
auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual
akan banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan yang
disajikan. Demikian pula waktu penyajian media sangat menentukan berhasil
tidaknya penjelasan dengan bantuan media (Depdiknas, 2005).
Di dalam sebuah
proses pembelajaran tentu sangat dibutuhkan sebuah media dalam menunjang sebuah
keberhasilan dari pembelajaran tersebut, dimana dalam hal ini para ahli
pendidikan dan pengajaran berpendapat bahwa media sangat diperlukan pada
anak-anak tingkat dasar sampai menengah dan akan banyak berkurang jika mereka
sudah sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat sekolah dasar
dan menengah, pengajar akan banyak membantu anak didik dengan
mengembangkan semua indera yang ada, yakni dengan mendengar, melihat, meraba,
memanipulasi, atau mendemonstrasikan dengan media yang dapat dipilih.
Dalam
pembelajaran bahasa arab terdapat tiga unsur yaitu ashwat, mufrodat,
dan tarokib; serta empat keterampilan (maharah) yaitu istima’,
kalam, qiro’ah, dan kitabah. Pada pembahasan kali ini,
penulis akan membahas tentang pengertian media pembelajaran, karakteristik
media pembelajaran secara umum, serta karakteristik media pembelajaran yang
cocok digunakan untuk maharah qiro’ah.
B.
PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
Istilah media
pembelajaran memiliki beberapa pengertian. Gerlach dan Ely (1971), misalnya,
memberikan pengertian secara luas dan secara sempit. Dalam arti luas,
yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah setiap orang, materi, atau
peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Bertolak dari pengertian tersebut, media tidak hanya
berupa benda, tetapi dapat berupa manusia dan peristiwa pembelajaran. Guru,
buku, teks, lingkungan sekolah dapat menjadi media. Adapun pengertian sevara
sempit yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah sarana nonpersonal (bukan
manusia) yang digunakan oleh guru yang memegang peranan dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan. Dengan demikian pengertian tersebut cenderung
menganggap wujud media adalah alat-alat grafis, foto grafis, atau elektronik
untuk menangkap, menyusun kembali informasi visual atai verbal (Abdul Wahab
Rosyidi, 2009:25).
Dari segi
bahasa, media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berati ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara
yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film,
foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan
sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran
maka media itu disebut media pengajaran atau pembelajaran (Azhar Arsyad,
2002:3-4).
Media pembelajaran
juga diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Dengan demikian, media pembelajaran
adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi dari sumber/pengajar ke peserta didik yang bertujuan merangsang
mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara utuh, dapat juga
dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran,
selain itu berfungsi pula memberikan penguatan maupun motivasi (Cecep Kustandi
dan Bambang Sutjipto, 2011:1).
C.
KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam peroses belajar. Para guru
dituntut agar mampu memahami, menggunakan alat-alat yang tersedia atau
media pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Kemajuan di
bidang teknologi pendidikan, maupun teknologi pembelajaran, menuntut
digunakannya berbagai media pembelajaran serta peralatan-peralatan yang semakin
canggih. Boleh dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup dalam dunia
media, di mana kegiatan pembelajaran telah bergerak menuju dikuranginya sistem
penyampaian bahan pembelajaran secara konvensional yang lebih mengedepankan
metode ceramah, dan diganti dengan sistem penyampaian bahan pembelajaran modern
yang lebih mengedepankan peran siswa dan pemanfaatan multimedia.
Lebih-lebih
pada kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kompetensi-kompetensi yang
terkait dengan keterampilan proses, peran media pembelajaran menjadi semakin
penting. Pembelajaran yang dirancang secara baik dan kreatif dengan memanfaatkan
teknologi multimedia, dalam batas-batas tertentu akan dapat memperbesar
kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya
lebih baik, dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Setiap jenis
media memiliki karakteristik masing-masing dan menampilkan fungsi tertentu
dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Agar peran sumber
dan media belajar tersebut menunjukkan pada suatu jenis media tertentu, maka
pada media-media belajar itu perlu diklasifikasikan menurut suatu metode
tertentu sesuai dengan sifat dan fungsinya terhadap pembelajaran.
Pengelompokkan itu penting untuk memudahkan para pendidik dalam memahami sifat
media dan dalam menentukan media yang cocok untuk pembelajaran atau topik
pembelajaran tertentu.
Dari contoh
pengelompokan yang dilakukan oleh Scharmm, kita dapat melihat media menurut
karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan
kontrol pemakai. Jadi antara klasifikasi media, karakteristik media dan
pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan
strategi pembelajaran.
Karakteristik
media pembelajaran dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan
indera penglihatan, pendengaran, perabaan, maupun penciuman atau kesesuaiannya dengan
tingkatan hierarki belajar. Untuk tujuan praktis karakteristik beberapa jenis
media yang lazim digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam
pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar
merupakan komponen dari sistem instrusional di samping pesan, orang, teknik dan
peralatan. Dari usaha penantaan yang timbul yaitu pengelompokan atau
klasifikasi menurut kesamaan atau karakteristiknya. Karakteristik media ini
sebagaimana dikemukakan oleh Kemp (1975) merupakan dasar pemilihan media sesuai
dengan situasi belajar tertentu.
Setiap media
pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari
berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi
ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh.
Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan
rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai
karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokan dan
pemilihan media (Arief S. Sadiman,
dkk, 2006:28).
Kemp 1975 dalam
(Sadiman, dkk. 1990) mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan dasar
pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu. Gerlach dan
Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan media
pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu
atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media
pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah:
a.
Ciri Fiksatif yang menggambarkan kemampuan
media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu
peristiwa atau obyek.
b.
Ciri Manipulatif, yaitu kamampuan media untuk
mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang
dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian
menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau
dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu
kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan
yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut.
c.
Ciri Distributif yang menggambarkan kemampuan
media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara
bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai
tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian
tersebut.
Arsyad
(2002) membagi karakteristik media pembelajaran menjadi empat kelompok
berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil
teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media
hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media
tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya.
Karakteristik dari masing-masing kelompok media tersebut akan dibahas dalam
penjelasan selanjutnya. Untuk tujuan-tujuan praktis, dibawah ini akan dibahas
karakteristik beberapa jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar
mengajar khususnya di Indonesia.
D.
KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MAHARAH QIRO’AH
Dalam
pembelajaran bahasa yang menjadi tujuan utama adalah penguasaan kemampuan
berbahasa. Kemampuan berbahasa mengacu kepada kemampuan yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata. Dengan kemampuan berbahasa seseorang
dapat mengungkapkan pikiran dan isi hatinya kepada orang lain yang merupakan
tujuan pokok penggunaan bahasa sebagai suatu bentuk berkomunikasi (Soenardi Djiwandono,1996:38).
Kemampuan
bahasa secara konvensional dianggap meliputi empat jenis kemampuan. Keempat
kemampuan berbahasa itu adalah: (Abdul Wahab Rosyidi, 2009:63)
1.
Kemampuan menyima’ (Istima’), untuk
memahami bahasa yang digunakan secara lisan,
2.
Kemampuan berbicara (Kalam), untuk
mengungkapkan diri secara lisan,
3.
Kemampuan membaca (Qira’ah), untuk
memahami bahasa yang diungkapkan secara tertulis,
4.
Kemampuan menulis (Kitabah), untuk
mengungkapkan diri secara tertulis.
Kemampuan
membaca adalah kemampuan berbahasa yang bersifat resptif, yakni seorang pembaca
hanyalah bertindak sebagai penerima. Dengan membaca, seseorang pertama-tama
berusaha untuk memahami informasi yang disampaikan orang lain dalam bentuk
wacana tulis. Informasi tertulis untuk dibaca dan dipahami dapat diungkapkan
dalam berbagai bentuk penggunaan bahasa, mulai dari ungkapan pendek seperti
kalimat, sampai ungkapan yang lebih lengkap dan lebih panjang seperti paragraf,
esai, sampai buku. Adapun media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran keterampilan membaca (Qira’ah) serta karakteristiknya antara
lain: (Abdul Wahab
Rosyidi, 2009:71-74)
·
Kartu
dan macam-macamnya (al-Bithoqot)
Kartu biasanya
terbuat dari kertas yang keras atau tebal, dan di dalam masing-masing bagian
depan dan belakang terdapat kata, frasa, kalimat, atau ungkapan. Untuk ukuran
kartu bisa disesuaikan dengan keinginan guru, yang terpenting adalah bahwa
tulisan di kartu tersebut harus terlihat oleh siswa yang berasa di bagian
belakang. Kartu biasanya digunakan guru untuk membelajarkan atau melatih siswa
membaca kata, kalimat, atau ungkapan yang sempurna tanpa melakukan analisa
terhadap apa yang dibaca. Kartu juga digunakan untuk mengembangkan pengetahuan
siswa tentang kosakata, latihan pola-pola tatanan bahasa dan membaca secara
keras. Adapun macam-macam kartu sebagai berikut:
1.
kartu
peranyaan dan jawaban (Bithiqoh al-Asilah wal Ijabah). Penggunaan kartu
ini untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap teks. Masing-masing dari
permukaan kartu ditulis dengan ungkapan, sedangkan di baliknya jawaban untuk
pertanyaan lain.
2.
kartu
penyempurna (Bithoqoh al-Takmilah). Kegunaan kartu ini juga untuk
melihat tingkat pemahaman siswa. Pada bagian depan kartu ditulis satu jumlah
dan jumlah penyempurna pada kartu lain.
3.
kartu kosakata (Bithoqoh al-Mufrodat).
Kartu kosakata berisi kosakata atau kalimat pada bagian depan dan pada bagian
lain berisi gambar yang menjelaskan kosakata atau kalimat tersebut.
4.
kartu tiruan (Bithoqoh al-Mushoghor).
Kartu ini dibuat dengan cara menempelkan check bank, jadwal pelajaran, jadwal
penerbangan, jadwal kereta, formulir pendaftaran, atau formulir-formulir yang
lain yang dikecilkan.
·
Komik
Komik adalah
sebuah media yang menyampaikan cerita dengan visualisasi atau ilustrasi gambar,
dengan kata lain komik adalah cerita bergambar, dimana gambar berfungsi untuk
pendeskripsian cerita agar si pembaca mudah memahami cerita yang disampaikan
oleh si pengarang.
Biasanya komik
sangat digemari oleh orang-orang yang mempunyai tipe belajar visual karena
dalam komik suatu cerita disampaikan dengan dominasi gambar yang sangat
menonjol. Kadang komik bersifat menghibur sehingga kalangan penggemar komik
adalah anak-anak dan remaja.
Komik yang
sering kita temukan adalah komik-komik yang bercerita superhero, cerita kartun
dan legenda. Akan tetapi komik pun dapat dirancang dengan gagasan yang berisi
materi atau nilai-nilai yang positif yaitu berisi tentang nilai-nliai sosial,
budaya, agama dan ekonomi.
Sebagai media instruksional edukatif, komik mempunyai sifat yang
sederhana, jelas, mudah, dan bersifat personal. Komik diterbitkan dalam rangka
tujuan komersial, dan edukatif (meski tidak semua komik bersifat edukatif) yang
mempunyai unsur-unsur:
1.
Sederhana,
langsung, aksi-aksi yang cepat dan menggambarkan peristiwa-peristiwa yang
bahaya
2.
Berisi unsur humor yang kasar, menggunakan bahasa
percakapa
3.
Perhatikan
kepada kriminalitas, kekuatan, keampuhan
4.
Adanya
kecenderungan manusiawi yang universal terhadap pemujaan pahlawan.
1.
KELEBIHAN KOMIK
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
1.
Komik dapat menarik semangat siswa untuk
belajar dan mengajari siswa untuk menerjamahkan cerita ke dalam gambar bahkan
seolah-seolah siswa dihadapkan pada konteks yang nyata sehingga muncul efek
yang membekas pada siswa dan dapat mengingat sesuatu lebih lama.
2.
Materi yang terdapat di dalam komik dapat
dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya bahwa materi yang berbentuk
gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi yang dibarengi oleh
ilustrasi gambar untuk mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau
contoh kongkret apa maksud dari materi tersebut.
3.
komik membuat pembelajaran menjadi
"pembelajaran yang sangat mudah" (Hutchinson, 1949). Hutchinson
(1949) menemukan bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa komik
"membantu memotivasi", sedangkan 79% mengatakan komik
"meningkatkan partisipasi individu"
4.
siswa memiliki “ketertarikan yang
tak biasa” dan “mampu membuat siswa menyelesaikan tugas yang seharusnya
diselesaikan dalam satu minggu menjadi satu hari saja” (Sones, 1944).
5.
Sones’ (1944) yang berkesimpulan
bahwa kualitas gambar komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sones membagi empat ratus siswa kelas enam sampai kelas
Sembilan kedalam dua kelompok. Masing – masing kelompok seimbang dalam
pembagian kelas dan kecakapannya. Kelompok pertama disuguhi pembelajaran cerita
dengan menggunakan komik dan yang kedua hanya menggunakan teks saja. Setelah
itu, mereka dites untuk mengetahui isi dari pembelajaran cerita itu. Setelah
seminggu, prosesnya diubah, kelompok pertama disuguhi teks saja sedang yang
kedua diberikan komik. Kemudian kedua grup dites lagi. Akhirnya, Sones
(1944) berkesimpulan bahwa "pengaruh gambar terlihat dalam hasil
tes". Tes pertama menunujukkan bahwa kelompok pertama mendapatkan nilai
jauh lebih tinggi daripada kelompok kedua. Di tes kedua kelompok kedua
mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok pertama.
6.
komik memanfaatan
gambar untuk memperkenalkan suatu konsep tertentu, dalam hal ini alfabet. Masih
ingat komik Doraemon? Karakter karya Fujiko F. Fujio ini termasuk paling
dicintai anak-anak. Beberapa tahun yang lalu, komik Doraemon edisi belajar
berhitung juga diterbitkan. Komik-komik seperti ini tentu sangat bermanfaat dan
menolong karena menghadirkan nuansa belajar yang menyenangkan bersama tokoh
kesayangan.
7.
Komik yang memperkenalkan
lingkungan dan alam sekitar juga sangat bermanfaat bagi anak-anak. Anda tidak
mungkin membawa anak-anak ke masa dinosaurus untuk memperkenalkan mereka kepada
Tyranosaurus, misalnya. Anak-anak pun bisa diperkenalkan pada berbagai jenis
tumbuhan dan hewan melalui komik. Komik pun dapat di gunakan sebagai sarana
memperkenalkan firman Tuhan, Dulu ada enam seri komik Alkitab Bergambar untuk
Semua Umur, terbitan Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. Buah karya Iva Hoth dan
Andre Le Blanc ini merupakan salah satu komik yang bermanfaat untuk
memperkenalkan isi Alkitab dan tokoh-tokohnya kepada anak-anak.
8.
Komik juga membantu untuk
membangkitkan minat baca anak-anak. Jaya Suprana (dalam Sofwan 2007) mengaku
kalau minat bacanya tumbuh akibat membaca komik Mahabharata semasa
kecilnya.Sejumlah komik menghadirkan nilai-nilai moral yang penting dikenal
oleh siapa saja. Sebut saja nilai persahabatan, kerja keras, kebersamaan,
kegigihan dan semangat pantang menyerah. Perhatikanlah komik-komik Jepang -- saya
sengaja mengangkat komik Jepang karena komik inilah yang saat ini merajai pasar
-- banyak mengangkat nilai-nilai tersebut.
9.
Komik olah raga umumnya mengajarkan
nilai kerja keras, kegigihan, dan semangat pantang menyerah. Pesan umum yang
disampaikan biasanya "semakin gigih kamu berusaha, semakin dekat pula
dirimu pada keberhasilan". Prinsip alkitabiah seperti "kasihilah
musuhmu" juga bisa ditemukan. Nilai-nilai ini bisa dilihat dari komik,
seperti "Shoot!", "Kungfu Boy", "Harlem Beat",
dan lain-lain.
1.
KEKURANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
1.
tidak semua orang bisa belajar efektif dengan
gaya visual, karena setiap orang mempunyai gaya belajar masing-masing. Oleh
karena itu komik tidak dapat selalu dijadikan media pembelajaran. Dengan kata
lain media belajar harus menyesuaikan dengan gaya belajar masing-masing siswa.
2.
Komik juga dapat membuat orang menjadi malas
karena orang cenderung hanya ingin melihat gambar yang menarik menurut mereka
saja, tidak memahami materi secara utuh. Bahkan enggan untuk membaca
keseluruhan cerita sehingga daya serap siswa terhadap materi rendah.
3.
komik yang terjual di pasaran atau di toko-toko
buku terdapat gaya bahasa yang kotor dan terlalu khayal sehingga pesan atau
materi yang disampaikan tidak mengenai target sasaran dan terjadi kesalahan
presepsi. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang
sinting dan sulit diterima oleh akal sehat atau kurang logis, sehingga siswa
hanya hanyut dengan cerita khayal yang terdapat dalam komik tanpa ada kesan
materi atau pesan yang disampaikan tidak dapat dicerna oleh siswa.
4.
banyak komik yang hanya terdapat cerita-cerita
cinta yang tidak bemanfaat untuk kemajuan intelektualitas siswa. Banyak orang
yang mengatakan bahwa komik telah berperan dalam
menciptakan kenakalan remaja. Yang lain percaya bahwa komik meracuni minat
baca, imajinasi, dan menyebabkan iritasi mata (Dorrell, Curtis, & Rampal,
1995).
5.
Terlalu banyak mengonsumsi komik
pada bisa menumpulkan imajinasi pembaca. Perhatikanlah prosa, seperti novel
atau cerpen yang banyak menggambarkan wajah tokoh tertentu dengan kata-kata
daripada gambar. Pembaca diajak untuk membayangkan seperti apa wajah tokoh
tersebut. Atau ketika penulis menggambarkan latar tempat. Aspek-aspek inilah
yang dalam komik diterjemahkan dalam gambar dan membuat pembaca langsung
menikmatinya, tanpa harus membayangkan penggambaran tersebut lewat pikirannya.
Mula-mula, imajinasi hanya terbatas pada apa yang digambarkan. Namun akhirnya,
imajinasi bisa tumpul. Misalnya, hanya bisa membayangkan latar tempat
sebagaimana digambarkan pada komik atau hanya bisa menggambar tokoh-tokoh
seperti yang digambarkan komikus terkait.
6.
Efek adiktif yang timbul bisa
berupa keinginan untuk segera menikmati seri sambungan (umumnya karena
penasaran) atau sekedar membaca lebih banyak komik lainnya. Efeknya, selain
menghabiskan banyak dana untuk menyewa atau membeli edisi demi edisi, rasa
penasaran juga bisa mendorong kita untuk lebih banyak menghabiskan waktu
bersama komik.
2.
PERANCANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam
kawasan desain, komik sebagai media pembelajaran termasuk ke dalam sub kawasan
Desain Pesan, yang meliputi proses perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik
dari pesan. Pesan atau materi ajar yang hendak disampaikan direkayasa sehingga
dapat dirancang dalam bentuk komik pembelajaran.
Sedangkan
dalam kawasan pengembangan, komik sebagai media pembelajaran termasuk ke dalam
sub kawasan pengembangan teknologi cetak. Dalam kawasan ini hasil desain pesan
diterjemahkan ke dalam bentuk fisik, yaitu dalam bentuk teks dan visual,
melalui teknologi cetak sebagai buku komik pembelajaran.
Komik
pembelajaran merupakan contoh dari penerapan TP, sebab dengan adanya media
komik sebagai sumber untuk belajar akan mempermudah pebelajar dalam proses
pembelajaran, khususnya dalam merealisasi konsep-konsep pelajaran yang bersifat
abstrak apabila disajikan dalam bentuk teori saja dan perlu adanya penyajian
konkrit, seperti konsep-konsep pada ilmu sains. Dalam hal
inilah komik pembelajaran berperan besar dalam menyajikan konsep-konsep abstrak
tersebut ke dalam contoh yang konkrit dalam ke hidupan sehari-hari. Itulah yang
menjadi inti penerapan dari teknologi pendidikan, yaitu untuk memecahkan
permasalahan dalam proses belajar, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
efektif, efisien, dan menarik.
Dalam
mendesain dan mengembangkan komik pembelajaran, ada beberapa hal penting yang
harus diperhatikan, sehingga penerapan tersebut dapat dikatakan sesuai dengan
prinsip penerapan teknologi pendidikan.
Hal-hal
yang menjadi prinsip dalam sub kawasan desain pesan, yaitu perhatian, persepsi,
dan daya serap pebelajar, yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar
terjadi komunikasi antara pengirim (pembuat komik pembelajaran) dan penerima
(pebelajar yang membaca komik pembelajaran). Sehingga pesan yang hendak
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan tersebut, serta
mempertimbangkan persepsi-persepsi yang mungkin timbul dalam benak penerima
pesan.
Pada
dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan adanya:
a.
Pesan yang didorong oleh isi
Artinya
isi dari komik pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan pesan
(informasi) yang hendak disampaikan. Sehingga dengan pengembangan media belajar
berupa komik pembelajaran dapat mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan
belajar atau kompetensi tertentu.
b.
Strategi pembelajaran yang didorong
oleh teori
Pengembangan
komik pembelajaran dalam bentuk bahan teks verbal dan visual sangat bergantung
pada teori persepsi visual, teori membaca, dan teori belajar.
c.
Manifestasi fisik dari teknologi –
perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran.
Komik
pembelajaran merupakan contoh dari spsesifikasi desain pesan yang
diterjemahkan dan diproduksi dalam bentuk buku (bahan visual) melalui
teknologi cetak. Pengkombinasian antara bahan visual dan bahan teks dalam
pengembangan komik pembelajaran sangat membantu dalam menciptakan kegiatan
belajar yang diinginkan, yaitu belajar efektif.
Dalam
perancangan sebuah komik yang akan digunakan sebagai media pembelajaran, adapun
tahap-tahap yang harus kita tempuh dalam proses pembuatan antara lain (C. Asri
Budiningsih, 2003: 112):
a.
Tahap Pengidentifikasian Target
Dalam pembuatan
komik, kita harus dapat mengidentifikasikan siapa yang akan menjadi target
kita. Dalam hal ini, target adalah si pembaca, kita harus dapat mengerti
selera si pembaca berdasarkan umur yaitu kalangan anak pra sekolah (3-5 Tahun),
pada usia ini biasanya anak lebih menyukai komik dengan tokoh hewan, misalnya
miki tikus,donal bebek dan doraemon, yang berpakaian dan berbicara seperti
manusia. Tetapi anak-anak di usia pra sekolah tidak menyukai komik yang
berunsur teror.
Anak pada usia
sekolah (6-12 Tahun) biasanya mereka menyukai komik yang mengandung cerita
petualangan,misteri dan ketegangan. Karena pada usia ini anak lebih cenderung
menyukai hal-hal yang berbau petualangan seiring dengan perkembangan sosialnya
dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Pada usia
remaja (15-20 Tahun) mereka telah mengalami perkembangan yang ketat, baik dari
segi sosial,berfikir,berimajinasi dan menanggapi rangsangan dari luar. Oleh
karena itu, sebaiknya komik yang akan disajikan untuk kalangan anak remaja
yaitu hal-hal yang berhubungan dengan roman dan percintaan. Karena pada usia
ini anak mulai memperhatikan lawan jenisnya dan saling tertarik antara satu
dengan yang lain.
Pada saat anak
beranjak dewasa (20-25 Tahun) terkadang selera mereka berubah, mereka
cenderung menyukai hal-hal yang berhubungan dengan humor,kejahatan dan
masalah-masalah sosial, budaya, ekonomi dan politik yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Karena pada usia inilah anak sudah mulai berfikir luas
seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan intelektualitasnya.
b.
Tahap Pengidentifikasian warna
Warna yang akan
dipilih oleh si pembuat komik haruslah menyesuaikan dengan selera si pembaca.
Dalam mengklasifikasikan selera si pembaca yaitu dengan mengklasifikasikan umur
si pembaca tersebut.
Pada usia pra
sekolah (3-5 Tahun) mereka biasanya menyukai hal yang bercorak warna-warni,
karena pada usia anak mulai dikenalkan berbagai jenis warna dan pada usia
inilah daya fantasi anak sangat tinggi.
Di usia sekolah
(6-12 Tahun) mereka masih cenderung menyukai berbagai jenis warna. Akan tetapi
di usia 12 tahun mereka hanya menyukai beberapa warna saja. Oleh karena itu kontras
warna yang akan dipilih sedikit sederhana.
Pada usia
remaja dan dewasa mereka biasanya tidak menyukai banyak warna,mereka sudah
mempunyai selera warna tersendiri. Oleh karena itu pembuatan komik untuk
kalangan remaja dan dewasa janganlah didominasi corak berbagai warna.
c.
Tahap Pembuatan Skenario
Skenario
merupakan jantung proses pembuatan komik karena skenario yang memberikan arah
pembuatan cerita komik. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan
skenario komik antara lain :
1)
Tema
2)
Alur
3)
Setting dalam komik
4)
Jendela
5)
Halaman
6)
Karakter Tokoh (Emosi)
Keenam hal
tersebut sangat berperan penting dalam proses pembuatan skenario komik karena
diantara satu dengan yang lain mempunyai ketergantungan dalam kesempurnaan
pesan yang akan disampaikan. Dan dalam proses pembuatan skenario juga harus
memperhatikan selera dan minat si pembaca. Dalam hal menentukan skenario
haruslah menyesuaikan materi yang akan disampaikan.
d.
Tahap Pemilihan Gaya Bahasa
Dalam pemilihan
gaya bahasa yang akan digunakan dalam pembuatan komik harus disesuaikan dengan
umur si pembaca karena setiap pembaca mempunyai daya serap dan intelektualitas
yang berbeda-beda.
Untuk gaya
bahasa dalam komik yang akan dibuat untuk kalangan anak pra sekolah sebaiknya
tidak terelalu sulit dan rumit akan tetapi penuh dengan fantasi atau sesuatu
yang menyenangkan.
Pada usia
sekolah biasanya anak cenderung menyukai bahasa-bahasa yang penuh motivasi dan
memacu andrenalin. Di usia ini pun anak belum menguasai istilah-istilah bahasa
yang sulit dan rumit sehingga penggunaan gaya bahasa sedikit dipermudah.
Pada usia
remaja dan dewasa, gaya bahasa sedikit ada istilah-istilah bahasa yang bermutu
bahkan menggunakan istilah asing karena harus menyesuaikan
perkembangan-perkembangan yang ada di masyarakat. Dan juga gaya bahasa
digunakan untuk menambah pengetahuan.
e.
Tahap Pengaturan Unsur Visual
1)
Huruf
Dalam hal
pemilihan huruf, haruslah memperhatikan warna pada latar belakang komik
tersebut. Karena jika tidak menyesuaikan dengan warna latar maka bisa
menyebabkan efek negatif bagi si pembaca yaitu iritasi mata. Huruf yang
digunakan harus mudah dibaca dan jelas. Sebaiknya tidak menggunakan huruf yang
berbentuk latin yang rumit.
2)
Bentuk dan Garis
Buatlah gambar
yang sederhana tetapi jelas. Artinya dalam bentuk tidak perlu bersifat
naturalis. Hindari garis dan bentuk yang ruwet.
3)
Keseimbangan
Dalam
penggunaan bentuk,garis,warna dan huruf harus disusun secara seimbang, misalnya
huruf yang ingin disusun secara simetris/asimetris maka haruslah seimbang
sehingga kesan yang disampaikan dapat dterima dengan baik.
4)
Kesatuan
Kesatuan antara
unsur yang satu dengan unsur yang lain harus diperhatikan. Hendaknya kesatuan
unsur tersebut terlihat jelas, misalnya judul harus dibuat senyawa dengan apa
yang akan dijelaskan dalam komik.
5)
Penekanan
Dalam
menyajikan pesan atau materi pembelajaran dalam bentuk komik, maka diperlukan
adanya penekanan pada unsur-unsur pokok pesan yang akan disampaikan. Misalnya
jika si pengarang akan menjelaskan makanan 4 sehat 5 sempurna, maka dalam
menjelaskan susu sebaiknya tampilkan gambar susu di tengah-tengah makanan
lainnya karena warna susu itu lemah (putih) bila dibandingkan dengan warna
makanan lainnya.
6)
Layout (susunan,tata letak)
Unsur-unsur
visual seperti gambar, kata-kata, bentuk simbol dan lainnya harus terlebih
dahulu direncanakan bagaimana susunannya dalam medan visual yang akan
disajikan. Susunan harus dapat menempatkan semua unsur secara harmonis.
Dalam proses
pembuatan komik harus memperhatikan tahap-tahap tersebut karana kesalahan atau
kekurangan dari salah satu unsur dapat mempengaruhi unsur-unsur yang lain
sehingga pesan yang akan disampaikan tidak menarik perhatian si pembaca.
E.
KESIMPULAN
Dari
segi bahasa, media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berati ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Dihubungkan dengan pembelajaran, media adalah segala bentuk alat komunikasi yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber/pengajar ke peserta
didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari
kegiatan pembelajaran, selain itu berfungsi pula memberikan penguatan maupun
motivasi.
Media
pembelajaran juga diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik.
Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik
media berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran. Ketiga karakteristik
atau ciri media pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah:
a.
Ciri Fiksatif yang menggambarkan kemampuan
media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu
peristiwa atau obyek.
b.
Ciri Manipulatif, yaitu kamampuan media untuk
mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang
dan waktu.
c.
Ciri Distributif yang menggambarkan kemampuan
media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang.
Kemampuan
membaca adalah kemampuan berbahasa yang bersifat resptif, yakni seorang pembaca
hanyalah bertindak sebagai penerima. Adapun media pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran keterampilan membaca (Qira’ah) antara
lain: kartu dan komik.
Macam-macam
kartu: kartu pertanyaan dan jawaban (Bithiqoh al-Asilah wal Ijabah), kartu
penyempurna (Bithoqoh al-Takmilah), kartu kosakata (Bithoqoh
al-Mufrodat), kartu tiruan (Bithoqoh al-Mushoghor).
Pada dasarnya kawasan pengembangan
dapat dijelaskan dengan adanya: pesan
yang didorong oleh isi, strategi
pembelajaran yang didorong oleh teori, manifestasi
fisik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran.
Secara
khusus karakteristik komik adalah: teks dibaca secara linier, sedangkan visual
direkam menurut ruang, memberikan komunikasi satu arah yang bersifat pasif, berbentuk
visual yang statis, pengembangannya bergantung pada prinsip-prinsip linguistik
dan persepsi visual, berpusat pada pembelajar, informasi dapat diorganisasikan
dan distruktur kembali oleh pemakai.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab
Rosyidi. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-Malang Press.
Arif Sadiman,
dkk. 1986. Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Rajawali.
Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
___________. 2004. Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran;
Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
Depdiknas.
2005. Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta:
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Gene L. Wikinson. 1984. Media dalam Pembelajaran. Jakarta:
CV Rajawali.
Henry Guntur Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Percetakan Angkasa.
Umi Mahmudah dan
Abdul Wahab Rosyidi. 2008. Active Learning dalam pembelajaran Bahasa Arab.
Malang: UIN-Malang Press.
M. Soenardi Djiwandono. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran.
Bandung: ITB.
Oscar Rusmaji. 1995. Aspek-aspek Linguistik. Malang:
Penerbit IKIP Malang.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
http://endangdealova.blogspot.com/2012/12/jenis-dan-karakteristik-media.html (diakses jam 14.23 tanggal 10-04-2013)
http://jamaludin270790.blogspot.com/2011/03/definisi-media-pembelajaran.html (diakses jam 14.28 tanggal 10-04-2013)
http://mediabacaan.blogspot.com/2012/11/karakteristik-media-pembelajaran.html (diakses jam 14.08 tanggal 10-04-2013)
(diakses jam 14.10 tanggal 10-04-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar