BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendekatan kognisi
social ini dikembangkan oleh pengajar di Universitas Amsterdam, Belanda, dengan
tokoh utamanya Teun A. Van Dijk. Van Dijk dan koleganya dalam kurun waktu sejak
tahun 1980-an meneliti berita-berita di surat kabar Eropa terutama untuk
melihat bagaimana kelompok minoritas ditampilkan. Titik perhatian Van Dijk
adalah pada masalah etnis, rasialisme, dan pengungsi. Pendekatan Van Dijk ini
disebut kognisi social karena Van Dijk melihat factor kognisi sebagai elemen
penting dalam produksi wacana, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu
diproduksi. Proses produksi wacana itu menyertakan suatu proses yang disebut
sebagai kognisi social. Dari analisis teks misalnya dapat diketahui bahwa
wacana cenderung memarjinalkan kelompok minoritas dalam pembicaraan public.
Akan tetapi menurut Van Dijk, wacana semacam ini hanya tumbuh dalam suasana
kognisi pembuat teks yang memang berpandangan cenderung memarjinalkan kelompok
minoritas. Oleh karena itu, dengan melakukan penelitian yang komprehensif
mengenai kognisi social akan dapat dilihat sejauh mana keterkaitan tersebut,
sehingga wacana dapat dilihat lebih utuh.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami dapat
mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana hubungan analisis wacana
teori Van Dijk dengan pendidikan bahasa?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami
dapat menyimpulkan tujuan dari pembahasaan saat ini yaitu:
1.
Menjelaskan tentang hubungan
analisis wacana teori Van Dijk dengan pendidikan bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Wacana
Menurut Eriyanto (Analisis
Wacana, Pengantar Analisis Teks Media), Analisis Wacana dalam studi linguistik
merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal (yang lebih memperhatikan pada
unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan di antara unsur
tersebut). Analisis wacana adalah kebalikan dari linguistik formal, karena
memusatkan perhatian pada level di atas kalimat, seperti hubungan gramatikal
yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam
lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud
di sini agak mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari
pemakainya. Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana adalah praktik
pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral
dari penggambaran suatu subyek, dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya,
maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana.
2.2 Pandangan tentang Analisis Wacana
Ada tiga pandangan mengenai
analisis wacana. Pandangan pertama diwakili kaum positivisme-empiris. Menurut
mereka, analisis wacana menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan
pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau
ketidakbenaran menurut sintaksis dan semantik (titik perhatian didasarkan pada
benar tidaknya bahasa secara gramatikal). Disebut Analisis Isi (kuantitatif)
Pandangan kedua disebut
konstruktivisme. Pandangan ini menempatkan analisis wacana sebagai suatu
analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah
suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengemukakan
suatu pertanyaan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi
sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.
Disebut Analisis Framing (discourse analysis).
Pandangan ketiga disebut
sebagai pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada
konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si
pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk
subyek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di
dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang
ada dalam setiap proses bahasa; batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi
wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Wacana
melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Karena memakai
perspektif kritis, analisis wacana kategori ini disebut juga dengan analisis
wacana kritis (critical discourse analysis). Ini untuk membedakan dengan
analisis wacana dalam kategori pertama dan kedua (discourse analysis).
2.3 Analisis Wacana Model Van Dijk
Analisis wacana model van Dijk
sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan semacam ini tidak dapat
dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut van Dijk
penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata,
karena teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati. Disini patut
dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi. Sehingga kita dapat memperoleh
suatu pengetahuan tentang kenapa suatau teks bisa semacam itu. Kalau ada teks
yang memarjinalkan wanita, maka dibutuhkan suatu penelitian yang melihat
bagaimana produksi teks itu bekerja, kenapa teks tersabut memarjinalkan wanita.
Proses pendekatan dan produksi ini melibatkan suatu yang disebut kognisi
sosial.
Berbagai masalah kompleks dan
rumit itulah yang dicoba digambarakan oleh van Dijk. Oleh karenanya van Dijk
tidak mengeksklusi modelnya hanya semata menganalisis teks. Tapi ia juga
melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, kelompok kekuasaan yang ada dalam
masyarakat dan berpengaruh pada teks. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempuyai
tiga dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial, dan kontek sosial (analisis
sosial). Dalam dimensi teks yang dianalisis bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level
kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan
kognisi individu dari komunikator.
2.4 Aspek-aspek Analisis Wacana Model Van
Dijk
Sedangkan, aspek analisis
sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu
masalah, diantaranya adalah:
2.4.1 Teks
2.4.1.1 Struktur makro (thematic structure)
Struktur makro merupakan makna global sebuh teks yang dapat dipahami
melalui topiknya. Topik direpresentasikan ke dalam suatu atau beberapa kalimat
yang merupakan gagasan utama/ide pokok wacana. Topik juga dikatakan sebagai “semantic macrostructure” (van Dijk, 1985:69).
Makrostruktur ini dikatakan sebagai semantik karena ketika kita berbicara
tentang topik atau tema dalam sebuah teks, kita akan berhadapan dengan makna
dan refrensi.
2.4.1.2 Superstruktur (superstructure)
Superstruktur
merupakan struktur yang digunakan untuk mendeskripsikan sehemata, di mana keseluruhan topik atau isi
global berita diselipkan. Superstruktur ini mengorganisikan topik dengan cara
menyusun kalimat atau unit-unit beritanya berdasarkan urutan atau hirarki yang
diinginkan. Sebagai contoh, headlini
atau judul beritanya merupakan salah satu unit dalam berita yang diletakan
paling atas dan biasanya dicetak lebih tebal dengan ukuran huruf tertentu
bahkan dengan warna tertentu. Dari headlini,
pembaca sudah tahu topik (yang paling penting) yang dibicarakan berita
tersebut. Van Dijk (1988:52) merupakan sejumlah
katagori skema berita atau bagian-bagian yang membangun skema sebuah berita
yaitu: (1) summary, yang terdiri atas
headline dan lead, (2) story yang
meliputi: Episode, yaitu peristiwa
utama dan konteks serta latar belakangnya,
Consequence, Verbal reaction dan
comment, yang akan diuraikan lebih jelas sebagian berikut:
a.
Summary
Summary
yang terdiri atas headline dan lead merupakan “ ringkasan “ isi
berita. Headline mendefinisikan
sebuiah sequece tertentu didalam
berita, di mana topik glogal diselipkan.
Headline mudah dibedakan dengan kategori skema yang lain karena headline memang dibuat sedemikian rupa
dengan ukuran, ketebalan bahkan warna huruf yang berbeda
b. Story
1) Episode: peristiwa utama dan latar belakangnya
Kategori
berita selanjutnya adalah peristiwa utama atau main events atau juga Contex.
Contex mengandung informasi utama sehubungan dengan topik, yaitu situasi
aktual, dan peristiwa konkret bukan situasi umum yang melingkupi sebuah topik.
Berbeda dengan contex, latar belakang atau background
mengandung informasi yang lebih komprehensif, meliputi budaya strutural dan
historis di mana main
events terjadi.backgroud meliputi previous Events, yaitu peristiwa
sebelumnya yang berhubungan dengan topik, dan history, yaitu
informasi-informasi “lalu” yang berhubungan dengan topik.
2) Consequences
Katagori
berikutnya adalah consequences yang
berfungsi menunjukan koherensi atau hubungan sebab akibat terjadi peristiwa
dalam berita. Consequences bisa jadi
memiliki posisi yang sama dengan main
events. Bahkan bisa jadi lebih penting menjadi topik utama yang dapat
muncul di dalam headline.
3) Verbal Reaction
Verbal
Reaction atau reaksi verbal narasumber merupakan sebuah katagori skema berita
yang bersifat lebih khusus yang mungkin tampak sebagai consequense. Peristiwa berita yang paling penting biasanya diikuti
oleh reaksi verbal partisipan/actor yang penting, seperti pemimpin politik yang hebat.
4) Comment
Kategori
skema terakhir adalah comment yang
memuat komemtar, opini dan evaluasi wartawan atau media
bersangkutan. Meskipun setiap penulis berita menyadari bahwa fakta dan opini
tidak boleh tercampur di dalam berita, kategori comment sering muncul dalam berita (terkadang) secara tidak
langsung.
2.4.1.3 Struktur Mikro
Struktur mikro adalah struktur wacana itu sendiri yang
terdiri atas beberapa elemen, yaitu
- Elemen
sintaksis
Elemen
sintaksis merupakan salah satu elemen penting yang dimaanfaatkan untuk
mengimplikasikan ideologi. Dengan kata lain, melalui struktur sintaksis
tertentu, pembaca dapat menangkap maksud yang ada dibalik kalimat-kalimat dalam
berita. Melalui struktur sintaksis, wartawan dapat menggambarkan aktor atau peristiwa
tertentu secara negatif maupun posifit.
- Koherensi
Koherensi
adalah pertalian atau jalinan antarakata, atau kalimat dalam teks, Dua buah
kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak
koheren. Proposisi “demontrasi mahasiswa” dan “nilai tukar rupian melemah”
adalah dua buah fakta yang bernilai. Dua buah proposisi itu menjadi berhubung
sebab-akibat ketika ia dihubungkan dengan kata hubung “mengakibatkan” sehingga
kalimatnya menjadi “Demontrasi” mahasiswa mengakibatkan nilai tukar rupiah
melemah. Dua buah kalimat itu menjadi tidak berhubungan ketika dipakai kata
hubung “dan”. Kalimatnya kemudian menjadi “Demonstrasi mahasiswa dan nilai
tukar rupiah melemah”. Dalam kalimat ini, antara fakta banyaknya demonstrasi
dan nilai tukar rupiah dipandang tidak saling berhubungan, kalimat satu tidak
menjelaskan kalimat lain atau menjadi penyebab kalimat lain.
- Koherensi Kondisional
Koherensi
Kondisianal diantaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai
penjelas. Di sini ada dua kalimat,di mana kalimat kedua adalah penjelas atau
keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung
konjungsi, seperti “yang” atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya hanya sebagai
penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak anak kalimat itu,tidak akan
mengurangi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan
komunikator karena ia dapat memberi keterangan yang baik/buruk terhadap suatu
pertanyaan. Seperti dalam sebuah kalimat “PSSI, yang selalu kalah dalam
pertandingan internasional. Tidak jadi dikirim ke Asian Games”. Arti kalimat
tersebut tidak akan berubah jika seandainya diubah menjadi “PSSI tidak jadi
dikirim ke Asean Games”. Anak kalimat “yang selalu kalah dalam pertandingan”
selain menjadi penjelas juga bermakna ejekan terhadap PSSI.
- Koherensi pembeda
Jika
koherensi kondisional berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa
dihubungkan/dijelaskan. Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan,
bagaimana dua buah peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Seperti mengenai
kebebasan pers di era Gus Dur, pada era Gus Dur kebebasan pers dijamin, namun
terjadi peristiwa penduduk banser terhadap harian jawa post hingga menyebabkan
koran tersebut tidak bisa terbit. Dua buah peristiwa itu terpisah, tidak
berhubungan, juga tidak menyulut peristiwa lain. Akan tetapi, kedua masalah
tersebut bisa dibuat berhubungan dengan cara membuat satu peristiwa sebagai
kebalikan/kontras dari peristiwa lain. Dalam contoh kasus tersebut, bisa saja
dikatakan alangkah berbedanya masa pemerintahan Habibie dan Gus Dur, atau
pemerintah Habibie lebih baik dari pada pemerintah Gus Dur.
- Pengingkaran
Elemen
wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana
wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekpresikan secara amplisit. Pengingkaran
ini menunjukkan seolah wartawan menyetujuin sesuatu, padahal ia tidak setuju
dengan memberikan argumentasia atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.
- Bentuk kalimat
Bentuk
kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,
yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menyatakan apakah A yang menjelaskan B,
atau B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa
menjadi susunan objek (diterangkan) dan predikat (menerangkan). Bentuk lain
adalah dengan pemakian urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus.
Pertama, menekankan atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakaian kata
atau frase yang mencolok dengan menggunakan pemakaian semantik. Yang juga
penting dalam sintaksis selain bentuk kalimat adalah posisi proposisi dalam
kalimat. Bagaiman proposisi-proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat.
Termasuk ke dalam bagian bentuk kalimat ini adalah apakah berita itu memakai
bentuk deduktif atau induktif. Deduktif adalah bentuk penulisan kalimat dimana
inti kalimat (umum) ditempatkan di bagian muka, kemudian disusul dengan
keterangan tambahan (khusus). Sebaliknya, bentuk induktif adalah bentuk
penulisan di mana inti kalimat ditempatkan di akhir setelah keterangan
tambahan.
- Kata Ganti
Elemen
kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu
komunitas imanjinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator
untuk menujukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan
sikapnya, seseoarang dapat menggunakan “kami” atau “saya” yang menggambarkan
bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator. Namun, ketika
menggunakan kata ganti “kita”, sikap tersebut sebagai representasi dari sikap
bersama dalam suatu komunitas tersebut. pemakaian kata ganti yang jamak seperti
“kita” (atau “kami”) mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi,
perhatian, yang pada dasarnya merupakan upaya merangkul dan menghilangkan
oposisi yang ada. Pemakian kata ganti “kita” menciptakan komunitas antara
wartawan dan para pembaca.
- Elemen
Semantik (makna lokal)
Elemen semantik
ini sangat erat hubunganya dengan elemen leksikon dan sintaksis sebab
penggunaan leksikon dan struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat
memunculkan makna tertentu. Berikut ini adalah unsur-unsur wacana yang
tergolong ke dalam elemen semantik.
- Latar
Latar
merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang inggin
ditampilkan. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam
suatu teks (Eriyanto, 2006.235). oleh karena itu, latar teks merupakan elemen
yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang inggin disampaikan oleh
wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana
teks dibawah.
- Detil
Elemen
wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang
(Eriyanto, 2006: 238). Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang
dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.
Detil yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang
menyangkut kelemahan atau kegagalan komunikator.
- Maksud
Elemen
wacana maksud hampir sama dengan detil, hanya saja elemen maksud melihat informasi
yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas.
Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit,
dan tersembunyi.
- Pranggapan
Elemen
wacana pranggapan merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mendukung makna
suatu teks. Pranggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis
yang dipercaya kebenarannya. Pranggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang
terpercaya sehingga tidk perlu dipertanyakan. Seperti dalam suatu domonstrasi
mahasiswa. Seseorang yang setuju dengan gerakan mahasiswa akan memakai
praanggapan berupa pernyataan “perjuangan mahasiswa menyuarakan hati nurani
rakyat”. Pernyataan ini merupakan suatu
premis dasar yang akan menentukan proposisi dukunganya terhadap gerakan mahasiswa
pada kalimat berikutnya.
- Elemen leksikon
Elemen
leksikom menyangkut pemilihan diksi. Pemilihan diksi telah diketahui dapat
mengeskspresikan idiologi maupun persuai, sebagaimana yang terjadi pada
“terrorist” dan “freedomfighter”. Bagaimana aktor yang sama digambarkan dengan
dua diksi yang berbeda berimplikasi pada pemahaman pembaca tenteng aktor
tersebut.
- Elemen Retorik
Elemen
ritorik menyangkut penggunaan repetisi, alitersi, metafora yang dapat berfungsi
sebagai “idiologi control” manakalah sebuah informasi yang kurang baik tentang
aktor tertentu dibuat kurang mencolok sementara informasi tentang aktor lain
ditekankan. Dengan kata lain, retorik ini digunakan untuk memberi penekanan
posifit atau negatif terhadap aktor atau peristiwa dalam berita.
- Grafis
Elemem
ini merupakan bagian untuk memberikan apa yang ditekankan atau ditonjolkan
(yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks.
Dalam berita elemen grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat
berbeda dibandingkan tulisan lain, seperti pemakian huruf tebal, huruf miring,
garis bawah, huruf dengan ukuran lebih besar,termasuk pemakian caption, raster,
grafik, gambar, foto dan tabel untuk mendukung pesan. Pemakian angka-angka
dalam berita diantaranyadigunakan untuk menyugestikan kebenaran, ketelitian,
dan posisi dara suatu laporan. Pemakian jumlah, ukuran statistik menurut Van
Dijk (dalam Eriyanto, 2006:258) bukan semata bagian dari standar jurnalistik,
melainkan juga menyugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks.
- Metafora
Dalam
suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks,
tetapi juga kiasan,ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagian ornamen atau
bumbuu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakian metafora tertentu bisa jadi
pakian oleh wartawan secara strategi sebagai landasan berfikir, alasan pembenar
atas pendapat tertentu kepada publik. Penggunaan ungkapan sehari-hari,
peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan ayat suci
dipakai untuk memperkuat pesan utama.
2.4.2
Kognisi Sosial dan Produksi Berita
Dalam pandangan van dijk, kognisi
sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Wacana berita di
sini tidak hanya dipahami dalam pengertian sejumlah struktur tetapi juga bagian
dari proses komunikasi yang kompleks. Titik kunci dalam memahami produksi
berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks. Analisis
wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu
sendiri menujukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan idiologi.
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna,
tetapi makna itu diberikan oleh pemakaian bahasa atau lebih tepatnya proses
kesadaran mental pemakian bahasa.
Analisis kognisi social menekankan bagaimana peristiwa
dipahami, didefinisikan, dianalisis, dan ditafsirkan ditampilkan dalam suatu
model memori. Model ini menggambarkan bagaimana tindakan atau peristiwa yang
dominan, partisipan, waktu dan lokasi, keadaan, objek yang relevan, atau perangkat
tindakan dibentuk dalam struktur berita.
Ada beberapa strategi yang digunakan Van Dijk dalam meliput
sebuah berita:
1.
Seleksi, seleksi adalah strategi yang
kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, informasi, diseleksi
oleh wartawan untuk ditampilkan kedalam berita. Keputusan untuk menggunakan
satu sumber berita, memilih satu sumber berita dibandingkan dengan yang
lain,lebih memilih wawancara dibandingkan kenferensi pers, itu semua merupakan
strategi wacana yang dapat digunakan.
2.
Reproduksi, berhubungan apakah informasi
dikopi, digandakan, atau tidak dipakai sam sekali oleh wartawan.
3.
Penyimpulan, berhubungan dengan bagaimana
realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan diringkas. Oleh karena
itu dalam proses penyimpulan terkandung tiga hal yang saling terkait,
diantaranya:
- penghilangan, dengan merangkum informasi
ada beberapa informasi yang tidak relevan dihilangkan
- generalisasi, informasi yang mirip atau
agak sama dijadikan sebagai infprmasi yang berlaku untuk umum
- konstruksi, berhubungan dengan kombinasi
beberapa fakta atau informasi sehingga membentuk pengertian secara keseluruhan.
4.
Transformasi local, berhubungan dengan
bagaimana peristiwa akan ditampilkan
2.4.3
Konteks ( Analisis Sosial )
Dimensi ketiga analisis wacana van
dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian wacana yang berkembang dalam
masyarakat, sehingga untuk meneliti teks, perlu dilakukan analisis
intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi
dalam masyarakat. Titik penting dalam analisis ini adalah untuk menujukkan
bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat
praktik diskursus dan legitimasi.
Menurut
Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat, ada dua poin yang penting, yaitu
kekuasaan ( power ) dan akses ( acces ), berikut ini adalah penjelasanya:
2.4.3.1
Praktik kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan
tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau
anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari
kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas
sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain
berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan juga berbentuk
persuasif.
2.4.3.2
Akses Mempengaruhi Wacana
Analisis wacana Van Dijk memberi
perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing
kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang
lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran
khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk
mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan
isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.
2.4.4
Kerngka Analisis
Sturktur
|
Metode
|
Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana
yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai
untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu.
|
Critical linguistics
|
Kognisi social
Menganalisis bagaimana kognisi wartawan
dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis
|
Wawancara mendalam
|
Analisis social
Menganalisis bagaimana wacana yang
berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau
peristiwa digambarkan
|
Studi pustaka, penelusuran sejarah
|
2.5
Implikasi Pedagogis
Analisis wacana mempunyai peranan yang sangat penting dalam
proses belajar bahasa, terutama untuk ketrampilan bahasa yang bersifat
produktif, seperti berbicara dan menulis. Dalam hal menulis kita mengenal
keutuhan dan keruntutan yang baik dalam paragraph, maupun yang terdapat pada
karangan secara utuh. Tujuan utama pembagian seluruh karangan kedalam paragraph
adalah untuk memisahkan penekananya pada tahapan berfikir dan menunjukkan
adanya peralihan ide. Walaupun demikian karangan haruslah utuh dan runtut.
Seorang penulis yang menguasai prinsip retorika akan
memikirkan keutuhan dari apa yang akan disajikan kepada pembaca.
Selanjutnya penulis yang sadar akan pentingnya koheren akan
memikirkan dua syarat dalam menyatakan idenya, yaitu penyusunan materi yang
logis dan penggunaan kata-kata transisi yang mengaitkan buah pikiran dalam satu
kalimat dengan buah pikiran yang dinyatakan dalam kalimat lain.
Dalam ketrampilan berbicara, analisis wacana member
pengarahan kepada orang yang berbicara tentang apa yang harus dikerjakan agar
ia memperoleh hasil yang maksimal, efisien, rasional, untuk itu harus berbicara
dengan jujur, jelas, dan member informasi sesuai yang dibutuhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas telah menunjukkan betapa besar peranan
analisis wacana dalam proses belajar ketrampilan berbahasa, terutama dalam
aspek produktif, yaitu berbicara dan menulis. Analisis wacana baru mendapatkan
perhatian dari para ahli linguistic mulai dari akhir tahun 1970-an, terutama di
Inggris dan Amerika. Sedangkan di Indonesia, studi pengembangan linguistic
kurang mendapatkan perhatian, karena kurang sempurnanya cara melihat peranan
linguistic dalam pembangunan bangsa.
Karena itu, makalah ini secara mikro ingin menunjukkan
pentingnya analisis wacana dan pragmatic dalam proses belajar ketrampilan
bahasa, dan secara makro, makalah ini ingin menggugah semua pihak yang
terkaitan dengan masalah kebahasaan untuk menaruh perhatian yang layak pada
perkembangan studi linguistic pada tingkat Nasional maupun Internasional.
3.2 Saran
Dalam hal ini para pihak yang terkait dengan masalah
linguistic perlu memberikan perhatian yang besar dengan adanya analisis wacana,
karena ini bisa memberikan pengaruh yang besar terhadap proses pembelajaran
bahasa, dan mengajarkan kita untuk dapat berfikir secara kritis dan mendalam
DAFTAR PUSTAKA
-
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana
Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS
-
Sobur, Alex. 2006. Analisis
Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
-
Wahab,Abdul. 2005. Butir-butir
Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar