Jumat, 26 Desember 2014

analisis wacana

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Pendekatan kognisi social ini dikembangkan oleh pengajar di Universitas Amsterdam, Belanda, dengan tokoh utamanya Teun A. Van Dijk. Van Dijk dan koleganya dalam kurun waktu sejak tahun 1980-an meneliti berita-berita di surat kabar Eropa terutama untuk melihat bagaimana kelompok minoritas ditampilkan. Titik perhatian Van Dijk adalah pada masalah etnis, rasialisme, dan pengungsi. Pendekatan Van Dijk ini disebut kognisi social karena Van Dijk melihat factor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi wacana itu menyertakan suatu proses yang disebut sebagai kognisi social. Dari analisis teks misalnya dapat diketahui bahwa wacana cenderung memarjinalkan kelompok minoritas dalam pembicaraan public. Akan tetapi menurut Van Dijk, wacana semacam ini hanya tumbuh dalam suasana kognisi pembuat teks yang memang berpandangan cenderung memarjinalkan kelompok minoritas. Oleh karena itu, dengan melakukan penelitian yang komprehensif mengenai kognisi social akan dapat dilihat sejauh mana keterkaitan tersebut, sehingga wacana dapat dilihat lebih utuh.

1.2   Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana hubungan analisis wacana teori Van Dijk dengan pendidikan bahasa?

1.3   Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat menyimpulkan tujuan dari pembahasaan saat ini yaitu:

1.      Menjelaskan tentang hubungan analisis wacana teori Van Dijk dengan pendidikan bahasa

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Wacana

Menurut Eriyanto (Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media), Analisis Wacana dalam studi linguistik merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal (yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan di antara unsur tersebut). Analisis wacana adalah kebalikan dari linguistik formal, karena memusatkan perhatian pada level di atas kalimat, seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud di sini agak mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari pemakainya. Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subyek, dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana.
2.2 Pandangan tentang Analisis Wacana
Ada tiga pandangan mengenai analisis wacana. Pandangan pertama diwakili kaum positivisme-empiris. Menurut mereka, analisis wacana menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan semantik (titik perhatian didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal). Disebut Analisis Isi (kuantitatif)
Pandangan kedua disebut  konstruktivisme. Pandangan ini menempatkan analisis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengemukakan suatu pertanyaan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. Disebut  Analisis Framing (discourse analysis).
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa; batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacana kategori ini disebut juga dengan analisis wacana kritis (critical discourse analysis). Ini untuk membedakan dengan analisis wacana dalam kategori pertama dan kedua (discourse analysis).
2.3 Analisis Wacana Model Van Dijk
Analisis wacana model van Dijk sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut van Dijk penelitian  wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati. Disini patut dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi. Sehingga kita dapat memperoleh suatu pengetahuan tentang kenapa suatau teks bisa semacam itu. Kalau ada teks yang memarjinalkan wanita, maka dibutuhkan suatu penelitian yang melihat bagaimana produksi teks itu bekerja, kenapa teks tersabut memarjinalkan wanita. Proses pendekatan dan produksi ini melibatkan suatu yang disebut kognisi sosial.
Berbagai masalah kompleks dan rumit itulah yang dicoba digambarakan oleh van Dijk. Oleh karenanya van Dijk tidak mengeksklusi modelnya hanya semata menganalisis teks. Tapi ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan berpengaruh pada teks. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempuyai tiga dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial, dan kontek sosial (analisis sosial). Dalam dimensi teks yang dianalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator.
2.4 Aspek-aspek Analisis Wacana Model Van Dijk
Sedangkan, aspek analisis sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah, diantaranya adalah:
2.4.1 Teks
2.4.1.1  Struktur makro (thematic structure)
    Struktur makro merupakan makna global sebuh teks yang dapat dipahami melalui topiknya. Topik direpresentasikan ke dalam suatu atau beberapa kalimat yang merupakan gagasan utama/ide pokok wacana. Topik juga dikatakan sebagai “semantic macrostructure” (van Dijk, 1985:69). Makrostruktur ini dikatakan sebagai semantik karena ketika kita berbicara tentang topik atau tema dalam sebuah teks, kita akan berhadapan dengan makna dan refrensi.

2.4.1.2  Superstruktur (superstructure)
    Superstruktur merupakan struktur yang digunakan untuk mendeskripsikan sehemata, di mana keseluruhan topik atau isi global berita diselipkan. Superstruktur ini mengorganisikan topik dengan cara menyusun kalimat atau unit-unit beritanya berdasarkan urutan atau hirarki yang diinginkan. Sebagai contoh, headlini atau judul beritanya merupakan salah satu unit dalam berita yang diletakan paling atas dan biasanya dicetak lebih tebal dengan ukuran huruf tertentu bahkan dengan warna tertentu. Dari headlini, pembaca sudah tahu topik (yang paling penting) yang dibicarakan berita tersebut. Van Dijk (1988:52) merupakan sejumlah katagori skema berita atau bagian-bagian yang membangun skema sebuah berita yaitu: (1) summary, yang terdiri atas headline dan lead, (2) story yang meliputi: Episode, yaitu peristiwa utama dan konteks serta latar belakangnya, Consequence, Verbal reaction dan comment, yang akan diuraikan lebih jelas sebagian berikut:
a.       Summary
Summary  yang terdiri atas headline dan lead merupakan “ ringkasan “ isi berita. Headline mendefinisikan sebuiah sequece tertentu didalam berita, di mana topik glogal diselipkan. Headline mudah dibedakan dengan kategori skema yang lain karena headline memang dibuat sedemikian rupa dengan ukuran, ketebalan bahkan warna huruf yang berbeda
b. Story
1)   Episode: peristiwa utama dan latar belakangnya
Kategori berita selanjutnya adalah peristiwa utama atau main events atau juga Contex. Contex mengandung informasi utama sehubungan dengan topik, yaitu situasi aktual, dan peristiwa konkret bukan situasi umum yang melingkupi sebuah topik. Berbeda dengan contex, latar belakang atau background mengandung informasi yang lebih komprehensif, meliputi budaya strutural dan historis di mana main events terjadi.backgroud meliputi previous Events, yaitu peristiwa sebelumnya yang berhubungan dengan topik, dan history, yaitu informasi-informasi “lalu” yang berhubungan dengan topik.
2)   Consequences
Katagori berikutnya adalah consequences yang berfungsi menunjukan koherensi atau hubungan sebab akibat terjadi peristiwa dalam berita. Consequences bisa jadi memiliki posisi yang sama dengan main events. Bahkan bisa jadi lebih penting menjadi topik utama yang dapat muncul di dalam headline.
3)   Verbal Reaction
Verbal Reaction atau reaksi verbal narasumber merupakan sebuah katagori skema berita yang bersifat lebih khusus yang mungkin tampak sebagai consequense. Peristiwa berita yang paling penting biasanya diikuti oleh reaksi verbal partisipan/actor yang penting, seperti pemimpin politik yang hebat.
4)   Comment
Kategori skema terakhir adalah comment yang memuat komemtar, opini dan evaluasi wartawan atau media bersangkutan. Meskipun setiap penulis berita menyadari bahwa fakta dan opini tidak boleh tercampur di dalam berita, kategori comment sering muncul dalam berita (terkadang) secara tidak langsung.
2.4.1.3  Struktur Mikro
Struktur mikro adalah struktur wacana itu sendiri yang terdiri atas beberapa elemen, yaitu
  1. Elemen sintaksis
Elemen sintaksis merupakan salah satu elemen penting yang dimaanfaatkan untuk mengimplikasikan ideologi. Dengan kata lain, melalui struktur sintaksis tertentu, pembaca dapat menangkap maksud yang ada dibalik kalimat-kalimat dalam berita. Melalui struktur sintaksis, wartawan dapat menggambarkan aktor atau peristiwa tertentu secara negatif maupun posifit.
  1.  Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarakata, atau kalimat dalam teks, Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Proposisi “demontrasi mahasiswa” dan “nilai tukar rupian melemah” adalah dua buah fakta yang bernilai. Dua buah proposisi itu menjadi berhubung sebab-akibat ketika ia dihubungkan dengan kata hubung “mengakibatkan” sehingga kalimatnya menjadi “Demontrasi” mahasiswa mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Dua buah kalimat itu menjadi tidak berhubungan ketika dipakai kata hubung “dan”. Kalimatnya kemudian menjadi “Demonstrasi mahasiswa dan nilai tukar rupiah melemah”. Dalam kalimat ini, antara fakta banyaknya demonstrasi dan nilai tukar rupiah dipandang tidak saling berhubungan, kalimat satu tidak menjelaskan kalimat lain atau menjadi penyebab kalimat lain.
  1.  Koherensi Kondisional
Koherensi Kondisianal diantaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua kalimat,di mana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung konjungsi, seperti “yang” atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya hanya sebagai penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak anak kalimat itu,tidak akan mengurangi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator karena ia dapat memberi keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pertanyaan. Seperti dalam sebuah kalimat “PSSI, yang selalu kalah dalam pertandingan internasional. Tidak jadi dikirim ke Asian Games”. Arti kalimat tersebut tidak akan berubah jika seandainya diubah menjadi “PSSI tidak jadi dikirim ke Asean Games”. Anak kalimat “yang selalu kalah dalam pertandingan” selain menjadi penjelas juga bermakna ejekan terhadap PSSI.
  1. Koherensi pembeda
Jika koherensi kondisional berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa dihubungkan/dijelaskan. Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan, bagaimana dua buah peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Seperti mengenai kebebasan pers di era Gus Dur, pada era Gus Dur kebebasan pers dijamin, namun terjadi peristiwa penduduk banser terhadap harian jawa post hingga menyebabkan koran tersebut tidak bisa terbit. Dua buah peristiwa itu terpisah, tidak berhubungan, juga tidak menyulut peristiwa lain. Akan tetapi, kedua masalah tersebut bisa dibuat berhubungan dengan cara membuat satu peristiwa sebagai kebalikan/kontras dari peristiwa lain. Dalam contoh kasus tersebut, bisa saja dikatakan alangkah berbedanya masa pemerintahan Habibie dan Gus Dur, atau pemerintah Habibie lebih baik dari pada pemerintah Gus Dur.
  1. Pengingkaran
Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekpresikan secara amplisit. Pengingkaran ini menunjukkan seolah wartawan menyetujuin sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasia atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.
  1. Bentuk kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menyatakan apakah A yang menjelaskan B, atau B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan objek (diterangkan) dan predikat (menerangkan). Bentuk lain adalah dengan pemakian urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Pertama, menekankan atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakaian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan pemakaian semantik. Yang juga penting dalam sintaksis selain bentuk kalimat adalah posisi proposisi dalam kalimat. Bagaiman proposisi-proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat. Termasuk ke dalam bagian bentuk kalimat ini adalah apakah berita itu memakai bentuk deduktif atau induktif. Deduktif adalah bentuk penulisan kalimat dimana inti kalimat (umum) ditempatkan di bagian muka, kemudian disusul dengan keterangan tambahan (khusus). Sebaliknya, bentuk induktif adalah bentuk penulisan di mana inti kalimat ditempatkan di akhir setelah keterangan tambahan.
  1. Kata Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imanjinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menujukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseoarang dapat menggunakan “kami” atau “saya” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator. Namun, ketika menggunakan kata ganti “kita”, sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tersebut. pemakaian kata ganti yang jamak seperti “kita” (atau “kami”) mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian, yang pada dasarnya merupakan upaya merangkul dan menghilangkan oposisi yang ada. Pemakian kata ganti “kita” menciptakan komunitas antara wartawan dan para pembaca.
  1. Elemen Semantik (makna lokal)
Elemen semantik ini sangat erat hubunganya dengan elemen leksikon dan sintaksis sebab penggunaan leksikon dan struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat memunculkan makna tertentu. Berikut ini adalah unsur-unsur wacana yang tergolong ke dalam elemen semantik.
  1. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang inggin ditampilkan. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks (Eriyanto, 2006.235). oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang inggin disampaikan oleh wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana teks dibawah.
  1. Detil
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (Eriyanto, 2006: 238). Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan komunikator.
  1. Maksud
Elemen wacana maksud hampir sama dengan detil, hanya saja elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.
  1. Pranggapan
Elemen wacana pranggapan merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pranggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Pranggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidk perlu dipertanyakan. Seperti dalam suatu domonstrasi mahasiswa. Seseorang yang setuju dengan gerakan mahasiswa akan memakai praanggapan berupa pernyataan “perjuangan mahasiswa menyuarakan hati nurani rakyat”. Pernyataan ini  merupakan suatu premis dasar yang akan menentukan proposisi dukunganya terhadap gerakan mahasiswa pada kalimat berikutnya.
  1.  Elemen leksikon
Elemen leksikom menyangkut pemilihan diksi. Pemilihan diksi telah diketahui dapat mengeskspresikan idiologi maupun persuai, sebagaimana yang terjadi pada “terrorist” dan “freedomfighter”. Bagaimana aktor yang sama digambarkan dengan dua diksi yang berbeda berimplikasi pada pemahaman pembaca tenteng aktor tersebut.
  1.  Elemen Retorik
Elemen ritorik menyangkut penggunaan repetisi, alitersi, metafora yang dapat berfungsi sebagai “idiologi control” manakalah sebuah informasi yang kurang baik tentang aktor tertentu dibuat kurang mencolok sementara informasi tentang aktor lain ditekankan. Dengan kata lain, retorik ini digunakan untuk memberi penekanan posifit atau negatif terhadap aktor atau peristiwa dalam berita.
  1. Grafis
Elemem ini merupakan bagian untuk memberikan apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam berita elemen grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat berbeda dibandingkan tulisan lain, seperti pemakian huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf dengan ukuran lebih besar,termasuk pemakian caption, raster, grafik, gambar, foto dan tabel untuk mendukung pesan. Pemakian angka-angka dalam berita diantaranyadigunakan untuk menyugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dara suatu laporan. Pemakian jumlah, ukuran statistik menurut Van Dijk (dalam Eriyanto, 2006:258) bukan semata bagian dari standar jurnalistik, melainkan juga menyugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks.
  1. Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagian ornamen atau bumbuu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakian metafora tertentu bisa jadi pakian oleh wartawan secara strategi sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat tertentu kepada publik. Penggunaan ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan ayat suci dipakai untuk memperkuat pesan utama.
2.4.2 Kognisi Sosial dan Produksi Berita
            Dalam pandangan van dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Wacana berita di sini tidak hanya dipahami dalam pengertian sejumlah struktur tetapi juga bagian dari proses komunikasi yang kompleks. Titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks. Analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menujukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan idiologi. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakaian bahasa atau lebih tepatnya proses kesadaran mental pemakian bahasa.
Analisis kognisi social menekankan bagaimana peristiwa dipahami, didefinisikan, dianalisis, dan ditafsirkan ditampilkan dalam suatu model memori. Model ini menggambarkan bagaimana tindakan atau peristiwa yang dominan, partisipan, waktu dan lokasi, keadaan, objek yang relevan, atau perangkat tindakan dibentuk dalam struktur berita.
Ada beberapa strategi yang digunakan Van Dijk dalam meliput sebuah berita:
1.                               Seleksi, seleksi adalah strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, informasi, diseleksi oleh wartawan untuk ditampilkan kedalam berita. Keputusan untuk menggunakan satu sumber berita, memilih satu sumber berita dibandingkan dengan yang lain,lebih memilih wawancara dibandingkan kenferensi pers, itu semua merupakan strategi wacana yang dapat digunakan.
2.                               Reproduksi, berhubungan apakah informasi dikopi, digandakan, atau tidak dipakai sam sekali oleh wartawan.
3.                               Penyimpulan, berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan diringkas. Oleh karena itu dalam proses penyimpulan terkandung tiga hal yang saling terkait, diantaranya:
- penghilangan, dengan merangkum informasi ada beberapa informasi yang tidak relevan dihilangkan
- generalisasi, informasi yang mirip atau agak sama dijadikan sebagai infprmasi yang berlaku untuk umum
- konstruksi, berhubungan dengan kombinasi beberapa fakta atau informasi sehingga membentuk pengertian secara keseluruhan.

4.                              Transformasi local, berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan
2.4.3 Konteks ( Analisis Sosial )
            Dimensi ketiga analisis wacana van dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks, perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dalam masyarakat. Titik penting dalam analisis ini adalah untuk menujukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi.
Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat, ada dua poin yang penting, yaitu kekuasaan ( power ) dan akses ( acces ), berikut ini adalah penjelasanya:
2.4.3.1 Praktik kekuasaan
            Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan juga berbentuk persuasif.
2.4.3.2 Akses Mempengaruhi Wacana
            Analisis wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.
2.4.4 Kerngka Analisis
Sturktur
Metode
Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan,  atau peristiwa tertentu.
Critical linguistics
Kognisi social
Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis
Wawancara mendalam
Analisis social
Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan
Studi pustaka, penelusuran sejarah

2.5 Implikasi Pedagogis
Analisis wacana mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar bahasa, terutama untuk ketrampilan bahasa yang bersifat produktif, seperti berbicara dan menulis. Dalam hal menulis kita mengenal keutuhan dan keruntutan yang baik dalam paragraph, maupun yang terdapat pada karangan secara utuh. Tujuan utama pembagian seluruh karangan kedalam paragraph adalah untuk memisahkan penekananya pada tahapan berfikir dan menunjukkan adanya peralihan ide. Walaupun demikian karangan haruslah utuh dan runtut.
Seorang penulis yang menguasai prinsip retorika akan memikirkan keutuhan dari apa yang akan disajikan kepada pembaca.
Selanjutnya penulis yang sadar akan pentingnya koheren akan memikirkan dua syarat dalam menyatakan idenya, yaitu penyusunan materi yang logis dan penggunaan kata-kata transisi yang mengaitkan buah pikiran dalam satu kalimat dengan buah pikiran yang dinyatakan dalam kalimat lain.
Dalam ketrampilan berbicara, analisis wacana member pengarahan kepada orang yang berbicara tentang apa yang harus dikerjakan agar ia memperoleh hasil yang maksimal, efisien, rasional, untuk itu harus berbicara dengan jujur, jelas, dan member informasi sesuai yang dibutuhkan.



















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas telah menunjukkan betapa besar peranan analisis wacana dalam proses belajar ketrampilan berbahasa, terutama dalam aspek produktif, yaitu berbicara dan menulis. Analisis wacana baru mendapatkan perhatian dari para ahli linguistic mulai dari akhir tahun 1970-an, terutama di Inggris dan Amerika. Sedangkan di Indonesia, studi pengembangan linguistic kurang mendapatkan perhatian, karena kurang sempurnanya cara melihat peranan linguistic dalam pembangunan bangsa.
Karena itu, makalah ini secara mikro ingin menunjukkan pentingnya analisis wacana dan pragmatic dalam proses belajar ketrampilan bahasa, dan secara makro, makalah ini ingin menggugah semua pihak yang terkaitan dengan masalah kebahasaan untuk menaruh perhatian yang layak pada perkembangan studi linguistic pada tingkat Nasional maupun Internasional.
3.2 Saran
Dalam hal ini para pihak yang terkait dengan masalah linguistic perlu memberikan perhatian yang besar dengan adanya analisis wacana, karena ini bisa memberikan pengaruh yang besar terhadap proses pembelajaran bahasa, dan mengajarkan kita untuk dapat berfikir secara kritis dan mendalam












DAFTAR PUSTAKA

-          Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS
-          Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

-          Wahab,Abdul. 2005. Butir-butir Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar